Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa dua juta warga Gaza kini berada di ambang kelaparan. Dalam pidatonya pada pembukaan sidang tahunan negara-negara anggota WHO di Jenewa, Senin (19/5), Tedros menyatakan bahwa blokade Israel yang telah berlangsung lebih dari dua bulan telah memperparah kondisi kelaparan massal, sementara “bertonton bantuan pangan tertahan di perbatasan, hanya beberapa menit dari Gaza.”
Ia menegaskan bahwa meningkatnya agresi militer, perintah evakuasi paksa, dan penyempitan wilayah operasi kemanusiaan telah menciptakan bencana yang melumpuhkan sistem kesehatan Gaza.
“Orang-orang meninggal karena penyakit yang sebenarnya bisa dicegah, karena obat-obatan tidak bisa masuk. Serangan terhadap rumah sakit tidak hanya menghancurkan fasilitas, tapi juga membuat warga takut mencari pertolongan medis,” ujarnya.
Tedros juga menyerukan kepada negara-negara anggota agar bersedia menerima pasien dari Gaza dan mendesak Israel untuk mengizinkan evakuasi medis serta masuknya bantuan makanan dan obat-obatan.
Sementara itu, Kantor Media Pemerintah di Gaza menyampaikan bahwa sektor ini kini membutuhkan minimal 500 truk bantuan kemanusiaan dan 50 truk bahan bakar setiap hari untuk mencegah kelumpuhan total.
Dalam pernyataannya, kantor tersebut menggambarkan kondisi Gaza sebagai “bencana kemanusiaan yang menyeluruh.” Puluhan rumah sakit dan pabrik roti telah berhenti beroperasi, air bersih dan listrik tak tersedia, dan kebutuhan pokok semakin langka—semua terjadi di tengah blokade ketat dan agresi militer yang tak kunjung berhenti.
Pemerintah Gaza juga mengecam keterlambatan komunitas internasional dalam merespons bencana ini sebagai “noda dalam nurani dunia.”
Hingga hari ke-79, Israel masih menutup rapat-rapat jalur masuk bantuan, menjadikan kelaparan sebagai senjata sistematis terhadap 2,4 juta warga sipil.
Meskipun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan akan mengizinkan masuknya “bantuan pangan dasar,” tindakan itu dinilai terlalu kecil dan terlalu lambat.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel, dengan dukungan penuh Amerika Serikat, terus melancarkan genosida terbuka di Gaza, menyebabkan lebih dari 174 ribu warga Palestina gugur atau terluka—mayoritas adalah anak-anak dan perempuan—sementara lebih dari 11 ribu lainnya masih dinyatakan hilang.