Spirit of Aqsa– Wali Kota Jenin, Nidal Abidi, menggambarkan kerusakan yang ditinggalkan oleh serangan militer Israel di kota tersebut, termasuk di wilayah timur dan kamp pengungsi, sebagai bencana yang setara dengan gempa bumi. Ia memperkirakan kerugian yang diakibatkan oleh serangan tersebut mencapai 500 juta syikal (135,2 juta dolar/Rp2,1 Triliun).

Abidi menyatakan, kerugian terbesar adalah nyawa para syuhada. Selain itu, secara material, terjadi kerusakan besar pada infrastruktur, termasuk penghancuran dan perusakan jaringan air, komunikasi, serta penembakan terhadap transformator listrik oleh pasukan Israel.

Tingkat kerusakan yang terjadi lebih parah dibandingkan dengan operasi militer sebelumnya, dengan total kerugian diperkirakan mencapai 500 juta shekel (135,2 juta dolar).

“Seolah-olah gempa bumi melanda kota ini; kerusakan besar terjadi, jalan-jalan hancur, rumah-rumah roboh, dan beberapa lainnya meledak,” ujar Abidi, dikutip Anadolu Agency, Senin (2/9/2024).

Abidi menyebut pasukan Israel dengan sengaja melakukan penghancuran dan perusakan. “Operasi ini masih berlanjut untuk hari kelima berturut-turut, dan setiap hari terjadi kerusakan dan kehancuran baru.”

Dia mencatat, operasi militer ini telah melumpuhkan kehidupan umum dan ekonomi di wilayah tersebut. Kondisi penduduk sangat sulit, dengan kekurangan parah bahan-bahan pokok di wilayah timur dan kamp pengungsi akibat pengepungan.

Abidi menambahkan, kota ini membutuhkan upaya besar untuk memulihkan dan merehabilitasi kerusakan yang ditinggalkan oleh Israel. “Kami akan segera memulai rehabilitasi setelah pasukan Israel mundur, sejauh yang bisa kami lakukan, untuk memudahkan kehidupan penduduk,” katanya.

Pada Kamis lalu, Otoritas Moneter Palestina melaporkan gangguan pada layanan perbankan di beberapa cabang bank di wilayah Jenin akibat penghancuran jaringan serat optik penyedia layanan internet oleh pasukan Israel.

Jaringan komunikasi milik perusahaan Jawwal, salah satu dari dua perusahaan telekomunikasi utama di Gaza dan Tepi Barat, sepenuhnya terputus.

Sejak tengah malam pada Selasa (27/8/2024), pasukan Israel melancarkan operasi militer di bagian utara Tepi Barat, yang merupakan operasi terbesar sejak 2002. Pasukan besar Israel menyerbu kota Jenin dan Tulkarm serta kamp-kamp pengungsinya, serta kamp Far’a dekat Tubas. Pasukan Israel baru mundur dari kamp Far’a pada Kamis dini hari dan dari Tulkarm pada malam yang sama.

Namun, operasi di Jenin masih terus berlanjut. Pasukan Israel mengerahkan pasukan bersenjata lengkap dengan dukungan angkatan udara ke kota tersebut, menyerbu bagian-bagian dari kamp pengungsi Jenin, dan mengonsentrasikan kekuatannya di wilayah timur yang menjadi lokasi bentrokan bersenjata dan ledakan yang terdengar akibat serangan pasukan Israel.

Bersamaan dengan serangan mereka di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu, Israel memperluas operasi militernya di Tepi Barat sambil meningkatkan serangan pemukim, yang telah mengakibatkan 676 warga Palestina gugur, termasuk 150 anak-anak, melukai lebih dari 5.400 orang, dan menangkap lebih dari 10.200 orang, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina.

Dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, Israel telah melancarkan perang di Gaza yang telah menewaskan dan melukai lebih dari 134 ribu warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita. Lebih dari 10 ribu orang dinyatakan hilang, di tengah-tengah kehancuran besar dan kelaparan yang menyebabkan kematian puluhan orang, dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here