Spirit of Aqsa, Al-Quds- Otoritas teroris Israel memanfaatkan situasi Jalur Gaza untuk memerangi pendidikan Palestina di Al-Quds. Sebuah komite parlemen di Knesset (Parlemen) baru-baru ini mengadakan konsultasi untuk mengkaji kemungkinan penutupan sekolah-sekolah Palestina di Al-Quds dengan alasan “hasutan untuk melakukan terorisme.”
Awal pekan ini, teroris Israel menutup Sekolah Islam dan Taman Kanak-Kanak Al-Aqsa di Kota Tua Al-Quds. Mereka melakukan itu dengan dalih “hasutan terhadap terorisme” melalui kurikulum dan partisipasi siswa dalam perlawanan terhadap pasukan keamanan teroris Israel.
Teroris Israel mengancam akan menutup tiga sekolah yang terletak di halaman Masjid Al-Aqsa: SMA Syariah Al-Aqsa untuk Putra dan SMA Al-Aqsa untuk Putri yang berafiliasi dengan Departemen Wakaf Islam, dan Sekolah Al-Aqsa dan Taman kanak-kanak yang bersifat swasta, tempat ratusan siswa Al-Quds belajar.
Tuduhan Teroris Israel
Subkomite Komite Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga Knesset, yang mengawasi program pendidikan dalam sistem pendidikan di Al-Quds Timur membahas apa yang digambarkan sebagai “konten yang menghasut”. Konten itu disebut diajarkan dalam kurikulum dan buku pelajaran.
Untuk membenarkan ancaman Israel untuk menutup sekolah dan taman kanak-kanak Palestina, delegasi polisi pendudukan, Sami Marciano, mengklaim, siswa sekolah Palestina terlibat dalam aksi unjuk rasa dan aksi perlawanan terhadap personel keamanan dan warga Israel di Al-Quds Timur.
Sementara itu, ketua panitia MK dari Partai Likud, Amit Halevy, mengatakan, “Siswa di sekolah yang diawasi oleh Israel menerima hasutan secara rutin. Harus ada perubahan kebijakan secara menyeluruh.”
“Sudah waktunya bagi Israel untuk menangani infrastruktur pendidikan ini, yang mengandung hasutan untuk melakukan terorisme. Senjata tidak menembak sendirian. Senjata menembak dari kepala, dari hati,” lanjutnya.
Anggota komite tersebut menekankan perlunya Knesset dan komite parlemen terkait untuk membahas masalah dampak kurikulum dan program pendidikan di sekolah-sekolah di Al-Quds Timur sesegera mungkin.
Menurut data yang diterima selama diskusi Komite Parlemen, dari 100.000 siswa di sekolah-sekolah Al-Quds Timur, terdapat 20.000 siswa yang belajar di sekolah-sekolah Otoritas Palestina dan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi (UNRWA), di mana Israel tidak mendanai mereka, namun hukum pengawasan dan kontrol Israel berlaku terhadap mereka.
Dengan izin Kementerian Pendidikan Israel, polisi teroris Israel menyerbu sekolah-sekolah Palestina di Al-QudsTimur, untuk memverifikasi bahwa sekolah-sekolah tersebut tidak mengajarkan kurikulum Palestina. Kementerian tersebut mengancam melalui surat resmi untuk mencabut izin sekolah tersebut, jika terbukti.
Kementerian Pendidikan Israel memaksa semua sekolah di Al-Quds Timur untuk mengadopsi buku kurikulum Palestina yang telah diubah dan dihapus segala konten yang dianggap “menghasut terorisme,” dan menggantinya dengan paragraf dan materi yang mempromosikan narasi Israel.
Pihak administrasi sekolah juga terpaksa menerima buku-buku yang telah dimodifikasi tersebut dan menandatangani tanda terima serta pembagiannya kepada para siswa.
150 Sekolah
Ada sekitar 150 sekolah di Al-Quds Timur yang berada di bawah berbagai administrasi, beberapa di antaranya milik Israel, milik swasta baik gereja atau Departemen Wakaf Islam, sekolah yang berafiliasi dengan Otoritas Palestina, dan sekolah UNRWA.
70% sekolah di Al-Quds Timur dipaksa tunduk pada Israel, karena sekolah dibiayai, dipulihkan, dan dipelihara, serta staf kepala sekolah dan guru dipekerjakan dengan anggaran dari Kementerian Pendidikan Israel.
Otoritas pendudukan terus menggunakan senjata pendanaan dan anggaran untuk membendung sekolah-sekolah Palestina di Al-Quds, menjinakkan siswa sekolah, baik laki-laki maupun perempuan, dan memisahkan mereka dari rakyat Palestina serta menjauhkan mereka dari isu Masjid Al-Aqsa.
Sumber: Al Jazeera