Sebuah serangan brutal pesawat nirawak Israel di persimpangan Al-Ghafri, tengah Kota Gaza, merenggut nyawa Mahmoud Hussein Mahmoud Shahin—seorang mahasiswa kedokteran Gaza yang dikenal berprestasi. Serangan itu menyebabkan 9 warga Palestina syahid, termasuk 4 anak-anak.
Dalam keterangannya kepada Al Jazeera, kakak Mahmoud mengisahkan detik-detik terakhir adiknya. Ia menceritakan bahwa Mahmoud baru saja selesai menunaikan salat beberapa menit sebelum syahid. Begitu mendengar ledakan akibat serangan Israel, ia segera menuju persimpangan Al-Ghafri untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Saat tiba di lokasi, ia sempat tidak mengenali bahwa adiknya menjadi salah satu korban. Mahmoud rupanya tengah melintas di jalan itu tepat pada saat serangan terjadi.
Kakaknya kembali ke rumah dengan gelisah, mencoba memastikan keberadaan Mahmoud. Namun karena tidak mendapatkan kabar, ia akhirnya menuju rumah sakit—dan di sanalah kepastian pilu itu datang. Mahmoud termasuk di antara para syuhada akibat serangan tersebut.
Mahmoud, yang kini telah syahid, hanya tinggal dua tahun lagi untuk meraih gelar dokternya. Ia adalah mahasiswa terbaik di angkatannya, dengan indeks prestasi luar biasa: 99,3 persen.
Di akhir kesaksiannya, sang kakak berkata dengan penuh keteguhan, “Allah telah mentakdirkan adikku untuk menjadi syahid sebelum menjadi seorang dokter. Ini adalah karunia dari Tuhan semesta alam.”
Sejak meletusnya perang, rumah-rumah sakit dan pusat-pusat medis di Gaza bergantung besar pada lulusan baru, mahasiswa kedokteran tingkat akhir, dan peserta program koas untuk menyelamatkan korban luka di tengah krisis tenaga medis akibat agresi Israel.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan bahwa hingga hari ini, Senin, jumlah korban akibat perang Israel telah mencapai 52.314 syahid dan 117.792 korban luka sejak 7 Oktober 2023.
Dalam laporan statistik hariannya, kementerian itu mencatat bahwa sejak Israel kembali melanjutkan serangan besar-besaran pada 18 Maret lalu, telah tercatat 2.222 warga Palestina syahid dan 5.751 lainnya terluka.
Israel terus melanjutkan kejahatan genosidanya, dengan gelombang serangan udara yang menghantam rumah-rumah, gedung-gedung tempat tinggal, dan tenda-tenda pengungsian—menjadikan warga sipil sebagai sasaran utama.
Sumber: Al Jazeera