Pemain tim nasional basket Palestina, Mohammed Shaalan, syahid setelah ditembak tentara Israel saat berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan di Khan Younis untuk memberi makan anak-anaknya.

Shaalan, yang dijuluki “Al-Zalzalah” (Gempa) karena gaya bermainnya, menjadi bagian dari daftar panjang atlet Palestina yang gugur sejak 7 Oktober 2023 akibat agresi Israel. Ia ditembak ketika sedang antre bersama warga lain di depan pusat distribusi bantuan dekat poros “Morag”, Gaza selatan.

Sumber lokal menuturkan, Shaalan terpaksa turun mencari makanan dan obat untuk anak perempuannya, Maryam, yang menderita gagal ginjal dan keracunan darah parah. Dalam beberapa pekan terakhir, ia kerap menyampaikan seruan agar ada pihak yang menolong Maryam dengan perawatan medis, namun hidupnya justru berakhir tragis di depan antrean bantuan.

Shaalan dikenal sebagai salah satu pebasket terbaik di Palestina. Ia memperkuat Klub Basket Khidmat Al-Bureij, membawa tim itu meraih dua gelar liga, satu Piala Gaza, dan dua kali juara Super. Ia juga sempat membela Khidmat Al-Maghazi, Khidmat Khan Younis, Gaza Sport, YMCA, Khidmat Al-Shati, dan Khidmat Jabalia. Bersama tim nasional, ia tampil di berbagai turnamen Arab dan internasional hingga kariernya terhenti akibat perang dan blokade.

Dalam 24 jam terakhir, dunia olahraga Palestina juga kehilangan dua sosok lain: Salem Al-Shaer (26), penanggung jawab peralatan di Klub Shabab Rafah, serta Ahmad Al-Jurani (40), mantan bintang Klub Al-Salah. Al-Jurani gugur saat menunggu bantuan kemanusiaan di poros “Netzarim”, utara Nuseirat.

Data terbaru menunjukkan, jumlah syuhada dari kalangan olahraga Palestina sudah mencapai 670 orang, termasuk lebih dari 340 pesepak bola. Selain itu, lebih dari 288 fasilitas olahraga dan pramuka di Gaza dan Tepi Barat hancur akibat serangan Israel.

Satu demi satu atlet Palestina gugur, tidak di lapangan pertandingan, melainkan di medan kelaparan dan pembantaian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here