Kerapuhan militer Israel kembali menjadi sorotan. Stasiun televisi Kan melaporkan bahwa sejumlah serdadu Brigade Givati meminta agar mereka tidak dikirim masuk ke Gaza pada siang hari, apalagi menggunakan kendaraan Humvee yang tidak memiliki perlindungan memadai.

Merespons hal itu, pihak militer Israel hanya menegaskan bahwa mereka “menghargai pengorbanan tentara” dan akan terus berupaya memberikan perlindungan. Namun pernyataan itu tak mampu menutup kegelisahan di lapangan.

Sebelumnya, Channel 14 mengabarkan bahwa Brigade Givati dipaksa kembali beroperasi di kawasan Jabalia, Gaza utara. Dalam waktu bersamaan, harian Yisrael Hayom mengungkap kondisi memprihatinkan lain: kendaraan lapis baja yang digunakan pasukan Israel mengalami kerusakan berulang pada sistem pendingin udara. Akibatnya, suhu di dalam kendaraan bisa mencapai 60 derajat Celsius.

Laporan itu bahkan diberi judul gamblang: “Prajurit Mati karena Panas dalam Kendaraan Lapis Baja di Gaza.” Para tentara dihadapkan pada tiga pilihan sulit—bertahan hingga “terpanggang” di dalam kendaraan, membuka pintu dan bertempur dengan risiko besar, atau mundur dari pertempuran. Militer Israel mengakui penggunaan kendaraan lapis baja tanpa pendingin adalah pelanggaran prosedur, tetapi banyak tentara tetap dipaksa maju dengan kondisi berbahaya.

Strategi yang Gagal

Kelemahan teknis di lapangan hanyalah cermin dari masalah yang lebih dalam. Tamir Hayman, mantan kepala intelijen militer Israel, menilai strategi menggabungkan tekanan militer dengan kesepakatan politik parsial justru gagal total.

Dalam analisis yang dipublikasikan oleh Institute for National Security Studies (INSS), Hayman menyebut perang berkepanjangan ini tidak mampu melemahkan Hamas. Sebaliknya, kelompok perlawanan berhasil bertransformasi: dari organisasi militer reguler menjadi jaringan gerilya terdesentralisasi. Pola ini, menurut Hayman, membuat kemenangan militer mustahil diraih sekaligus meningkatkan biaya perang bagi Israel.

Di dalam negeri, dampaknya semakin terasa. Polarisasi politik makin tajam, disiplin di tubuh militer merosot, dan beban ekonomi membengkak hingga miliaran dolar per tahun. Lebih dari itu, citra Israel di mata dunia kian tergerus oleh tuduhan kejahatan perang dan pelanggaran HAM terhadap warga sipil di Gaza.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here