Spirit of Aqsa, Palestina- Serangan warga radikal Israel selama ini telah menjadi kenyataan sehari-hari di Tepi Barat dan Al-Quds Timur sejak 1967 ketika Israel menduduki wilayah tersebut.

Setidaknya 700 ribu warga Israel tinggal di pemukiman ilegal khusus Yahudi di Tepi Barat dan Al-Quds Timur yang dibangun di atas tanah pribadi Palestina.

Serangan yang terjadi meliputi penembakan, penikaman, pelemparan batu yang fatal, pemukulan hebat dengan pipa dan tongkat kayu, serta pembakaran dan kerusakan serius pada rumah, kendaraan dan lahan pertanian.

warga radikal Israel membunuh tiga warga Palestina pada 2022, lima orang pada 2021, dan dua orang pada  2019. Mayoritas pelaku tidak menghadapi pertanggungjawaban atas kejahatan mereka.

Namun sejak 7 Oktober, serangan warga radikal Israel meningkat secara eksponensial di Tepi Barat. warga radikal Israel telah membunuh sedikitnya sembilan warga Palestina selama 58 hari terakhir.  Mereka menyerbu desa-desa Palestina setiap hari, menyerang warga dan properti mereka, serta melukai puluhan orang.

Para warga radikal Israel yang tinggal di dekat desa-desa Palestina di selatan Nablus, juga merupakan kelompok yang paling kejam di Tepi Barat, termasuk Yitzhar, Itamar, Adei Ad, Esh Kodesh, dan Har Bracha.  

Kehadiran pemukiman ilegal Israel, tembok pemisah yang dibangun Israel untuk mencaplok lebih banyak tanah Palestina dari Tepi Barat, dan ratusan pos pemeriksaan dan pangkalan militer telah mengubah Tepi Barat menjadi 165 daerah kantong Palestina yang tidak terhubung. 

Mereka menderita karena pembatasan pembangunan dan pergerakan yang parah. Di Tepi Barat bagian utara dan tengah, pemukiman ilegal Israel memisahkan desa-desa di selatan Nablus dari desa-desa di utara Ramallah.

“Kami mempunyai masalah di selatan Nablus.  Di sini kita memiliki tujuh bukit (pemukiman) yaitu Eli, Shiloh, Ahiya, Kida, Adei Ad, Esh Kodesh dan Shvot Rahel,” ujar Abdulatheem Wadi (50 tahun), warga Tepi Barat, dikutip Aljazeera, Kamis (7/12).

“Desa Burin, Madama, Asira al-Qibliya, Urif, Huwara, Qaryout, Jalud, Duma dan Qusra di Nablus, adalah desa terakhir sebelum kota Turmus Aya, al-Mughayyer dan lainnya di utara Ramallah.  Inilah yang paling menjadi sasaran,” ujar Abdulatheem, seraya mencatat bahwa para pemukim ingin mengambil alih tanah-tanah ini.

Pada Juli 2015, warga Israel yang tinggal di Adei Ad menyerbu desa Duma dan membakar rumah keluarga Dawabsheh. Insiden ini menyebabkan seorang bayi berusia 18 bulan dan orang tuanya meninggal dunia.

Pada 2019, seorang pria Palestina berusia 38 tahun di desa al-Mughayyer ditembak mati oleh warga radikal Israel dari Adei Ad, yang juga melukai 30 orang lainnya, enam di antaranya ditembak dengan peluru tajam. 

Pada 2023, dua serangan besar warga radikal Israel terjadi di wilayah yang sama. Pada Februari, ratusan warga radikal Israel menyerang desa Huwara, membunuh seorang pria Palestina berusia 37 tahun dan membakar puluhan rumah serta mobil. Serangan serupa terjadi pada Juni di desa Turmus Aya, di mana seorang warga Palestina lainnya juga terbunuh.

Sekitar 20 kilometer (13 mil) barat Qusra adalah desa kecil Madama, yang dihuni sekitar 2.300 orang Palestina. Desa ini terjepit di antara pemukiman ilegal Yitzhar dan Route 60, jalan raya utama yang sebagian besar digunakan oleh pemukim dan dibangun di atas sebagian tanah desa. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here