Anggota Biro Politik Hamas, Suhail al-Hindi, mengungkapkan bahwa para pemimpin gerakan berhasil selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Israel pada Selasa (9/9) di ibu kota Qatar, Doha. Di antara yang selamat adalah Kepala Biro Politik Hamas, Khalil al-Hayya, serta pimpinan Hamas di Tepi Barat, Zahir Jabarin.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, al-Hindi menegaskan bahwa serangan itu menargetkan sebuah pertemuan yang tengah membahas proposal gencatan senjata di Gaza yang diajukan Amerika Serikat. Namun, serangan tersebut menewaskan putra Khalil al-Hayya, Humam, serta kepala kantornya, Jihad Lubad.
Al-Hindi juga menyebutkan bahwa kontak terputus dengan sejumlah peserta pertemuan lain, termasuk Mu’min Hassouna, Abdullah Abdul Wahid, Ahmad Abdul Malik, dan beberapa nama lain yang hingga kini belum dipastikan nasibnya.
Pertemuan itu, kata al-Hindi, juga dihadiri oleh sejumlah pemimpin senior Hamas lainnya yang berhasil selamat. Ia menegaskan bahwa serangan tersebut tidak hanya ditujukan kepada Hamas atau Qatar, melainkan kepada seluruh umat manusia yang merindukan kebebasan.
Menurutnya, fakta bahwa serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan proposal baru, menunjukkan adanya “lampu hijau” dari Washington bagi operasi Israel. “Langkah ini akan membawa konsekuensi serius bagi jalur perdamaian,” ujarnya.
Ia mendesak dunia bebas bersikap tegas menolak upaya pembunuhan terhadap pihak yang tengah bernegosiasi menghentikan perang. Al-Hindi juga menekankan perlunya negara-negara Arab melampaui sekadar kecaman, menuju langkah nyata yang mencerminkan tanggung jawab mereka.
“Palestina adalah isu seluruh bangsa Arab dan umat Islam. Dunia harus berkata cukup kepada penjahat Netanyahu, pemerintah kriminalnya, serta pemerintahan Trump,” tegasnya. Hamas, lanjutnya, akan terus berjuang demi rakyat Palestina dan menghentikan perang.
Al-Hindi menilai serangan ini merupakan kegagalan Netanyahu. “Ia ingin membunuh setiap peluang menghentikan perang, karena obsesinya adalah melanjutkan pembantaian terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat,” katanya.
Menurutnya, Netanyahu ingin mempertahankan kekuasaan dengan menebar teror di Gaza, Tepi Barat, Al-Quds, Suriah, Iran, dan di manapun. Namun, al-Hindi menegaskan rakyat Palestina tidak akan pernah meletakkan senjata, meski seluruh pemimpinnya gugur syahid.
“Bangsa Palestina bukan pencari perang, tapi mereka tidak akan berhenti sampai tanah mereka terbebaskan,” ucapnya. Ia menambahkan, darah para syuhada ini akan menjadi saksi bagi kejahatan pendudukan. “Andai ada dukungan tulus dari dunia Arab dan Muslim, niscaya perlawanan mampu menghentikan penjajah itu.”
Ia menutup dengan penegasan: “Israel mencoba memusnahkan rakyat Palestina dengan dukungan Amerika. Namun itu mustahil. Perlawanan tidak akan pernah mengibarkan bendera putih.”
Sebelumnya pada hari yang sama, militer Israel mengumumkan telah menargetkan kepemimpinan Hamas di Doha. Sumber internal Hamas mengonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa serangan itu memang ditujukan pada delegasi Hamas yang sedang membahas proposal gencatan senjata Presiden Donald Trump terkait perang Gaza.
Sumber: Al Jazeera