Setidaknya 21 warga Palestina syahid sejak Rabu dinihari (26/6) akibat serangan udara brutal Israel yang menghantam berbagai wilayah di Jalur Gaza. Di antara para korban, 6 orang sedang mengantre bantuan makanan saat ditembaki pasukan Israel.
Tenda Pengungsi Dibombardir, Rumah Diserang
Di Kawasan Al-Syujaiyah, Gaza Timur, pesawat tempur Israel menggempur tenda-tenda pengungsi di dekat Stasiun Al-Syawa. Serangan tersebut menyebabkan sejumlah korban jiwa dan luka-luka, menurut laporan saluran Al-Aqsa.
Sumber dari Rumah Sakit Al-Ma’madani juga membenarkan bahwa tiga warga gugur dan beberapa lainnya luka-luka akibat serangan di Jalan Al-Mansurah, Al-Syujaiyah.
Di kamp pengungsi Nuseirat bagian utara, pesawat tempur Israel menargetkan rumah warga di kawasan Al-Mufti, menyebabkan korban luka serius, demikian disampaikan petugas medis kepada Al Jazeera.
Sementara itu di Dair Al-Balah, Gaza tengah, lima warga, termasuk anak-anak, gugur syahid dan beberapa lainnya terluka saat rumah mereka dibombardir di sekitar Masjid As-Salam.
Antrian Bantuan Jadi Medan Pembantaian
Tragedi tak berhenti di sana. Media Palestina melaporkan bahwa lima warga lainnya gugur dan beberapa terluka setelah pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah warga sipil yang mengantre bantuan makanan di Jalan Salahuddin, wilayah Wadi Gaza, Gaza Tengah.
Lebih dari itu, laporan media lokal menyebut bahwa tentara Israel telah mengeksekusi puluhan pemuda Palestina yang menunggu bantuan di poros Netzarim, lalu melemparkan jenazah mereka ke dalam sumur, dan melarang tim penyelamat mengevakuasi.
PBB: Warga Gaza Dibunuh Saat Mencari Bantuan
Perserikatan Bangsa-Bangsa angkat suara. Juru bicara Sekjen PBB, Stéphane Dujarric, dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, mengatakan, “Orang-orang di Gaza dibunuh saat berusaha mendapatkan bantuan.”
Ia memperingatkan bahwa waktu semakin menipis di tengah kelangkaan makanan dan kebutuhan hidup di Gaza.
“Tak cukup tekanan yang dilakukan agar kami bisa bekerja dengan layak,” ujarnya.
UNRWA: Bantuan yang Ada Saat Ini Adalah “Perangkap Mematikan”
Pernyataan yang lebih tajam datang dari Komisioner Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, yang pada Selasa (25/6) menyebut mekanisme distribusi bantuan yang kini berlaku di Gaza sebagai “memalukan, merendahkan, dan penuh penghinaan.”
“Yang disebut ‘bantuan kemanusiaan’ itu telah berubah menjadi perangkap pembunuh yang justru merenggut lebih banyak nyawa daripada yang diselamatkan,” tegasnya dalam konferensi pers di Jenewa.
Lazzarini menyoroti bahwa lembaga bernama “Gaza Relief Foundation”, yang menjalankan distribusi bantuan dengan dukungan AS dan Israel, kini dianggap simbol penghinaan oleh warga Gaza. Ia menuntut agar masyarakat internasional (termasuk UNRWA) diberi akses penuh untuk mendistribusikan bantuan secara manusiawi dan bermartabat.
Sejumlah lembaga HAM sebelumnya juga menyerukan agar operasi “Gaza Relief Foundation” dihentikan, memperingatkan bahwa mekanisme distribusi mereka bisa menjadi bentuk keterlibatan dalam kejahatan perang.
Krisis Kemanusiaan Semakin Parah
Di tengah situasi ini, penderitaan warga Gaza terus memburuk. Mereka mengeluhkan pengungsian yang terus-menerus, kesulitan berpindah tempat di tengah hujan bom, serta kelangkaan makanan, air, dan layanan kesehatan.
Dengan blokade total dan agresi Israel yang terus berlanjut, Gaza kini tidak hanya menghadapi bencana kemanusiaan, tapi juga kehilangan rasa aman paling dasar sebagai manusia.
Sumber: Al Jazeera