Spirit of Aqsa, Palestina- Seorang pemuda Al-Quds menjadi sasaran serangan rasis selama menjalani interogasi di markas pasukan penjajah Zionis Israel di “Al-Maskubiya” di Al-Quds. Zionis Israel melukai wajah pria itu dengan goresan “Bintang David”, lambang entitas penjajah zionis Israel.
Pemuda yang menjadi korban tersebut adalah Orwa Sheikh Ali, dari kamp pengungsi Shuafat di Al-Quds. Dia ditangkap oleh pasukan penjajah Zionis Israel selama empat hari, sebelum kemudian dibebaskan berdasarkan keputusan pengadilan penjajah Zionis Israel di Al-Quds pada Ahad (20/8/2023).
Orwa Sheikh Ali mengatakan, selama penhanan dirinya petugas polisi pendudukan Zionis Israel memukulnya dengan pukulan di sekujur tubuhnya, dan menutupi wajahnya dengan selembar kain.
Polisi pendudukan Zionis Israel menyerang Orwa Sheikh Ali dan meninggalkan tanda goresan “Bintang David” di wajahnya, sebelum melepaskannya dan memindahkannya ke tahanan rumah.
Polisi pendudukan Zionis Israel mengklaim, setelah penemuan tanda goresan “Bintang David”, bahwa tanda tersebut “tampaknya itu disebabkan oleh tali sepatu seorang petugas polisi dan Sheikh Ali telah menolak penangkapannya.” Namun, Institut Ilmu Forensik Israel mengatakan bahwa “tidak ada korelasi antara tanda di wajah korban dengan ikatan tali sepatu yang ditunjukkan polisi. Sepertinya tanda ini adalah hasil dari alat atau perkakas logam.”
Menyusul terungkapnya tanda “Bintang David” di wajah pemuda Al-Quds itu, pasukan pendudukan Zionis Israel berusaha menghindarinya dengan mengklaim bahwa itu tampaknya disebabkan oleh tali sepatu seorang polisi, dan bahwa Orwa Syekh Ali menolak penangkapannya.
Namun Direktur Institut Ilmu Forensik, Avner Rosengerten, menegaskan “Tali sepatu tidak bisa meninggalkan bekas seperti ini dengan pinggirannya yang berdarah, dan ini harus menggunakan alat (serangan) langsung.”
Sementara itu, pengacara Akram Abu Libdeh, mengatakan bahwa pembicaraan itu tentang insiden kekerasan dan serius yang dilakukan pasukan pendudukan Zionis Israel. Awalnya 16 anggota pasukan Israel tiba di rumah pemuda itu, dan dengan cara yang samar-samar, semua kamera yang dipasang di pakaian mereka tidak berfungsi, tidak bekerja, dan polisi tidak memiliki penjelasan untuk itu.
Abu Libdeh melanjutkan, “Mata pemuda itu ditutup dan kemudian dia dipukuli secara brutal. Cerita dari seorang polisi, yang tidak disebutkan di pengadilan, tetapi setelah dipublikasikan di media tentang kasus tersebut, kisah ini menimbulkan banyak pertanyaan.”