spiritofaqsa, Palestina- Dua peneliti Amerika Serikat menggambarkan Taufan Al-Aqsa merupakan “Keberhasilan taktis yang luar biasa. Peneliti Daniel Byman dan Delaney Duff dari Universitas Georgetown memaparkan setidaknya tiga kemenangan yang telah dicapai Hamas.
1. Keberhasilan melawan Israel
Suprise attack Hamas pada 7 Oktober menimbulkan penderitaan dan kehancuran bagi Israel. Israel tidak siap menghadapi serangan besar Hamas, dan kegagalan intelijen mereka ternyata lebih berhasil dari perkiraan para perencana gerakan tersebut.
Hal ini akan meninggalkan luka psikologis yang mendalam pada Israel dan memaksa Tel Aviv untuk mengevaluasi kembali pendekatannya dalam menangani keamanan di masa depan.
Tanggapan Israel juga dapat memperkuat posisi Hamas, karena Hamas telah berhasil mengembalikan isu Palestina ke garis depan berita internasional. Selain itu, Hamas berhasil memojokkan dan mengisolasi Israel dari negara-negara tetangga, dan memperburuk ketegangan regional.
Dalam jangka panjang, pertempuran saat ini akan memperkuat generasi baru warga Jalur Gaza yang memiliki keluhan terhadap Israel, sehingga dapat memperkuat dukungan terhadap Hamas di masa depan.
2. Keberhasilan dalam masyarakat Palestina
Hamas memulihkan kekuatan perlawanan di kalangan rakyat Palestina. Taufan Al-Aqsa juga berhasil meningkatkan dukungan terhadap perlawanan secara umum dan memulihkan kekuatan perlawanan pada khususnya.
Jajak pendapat terbatas terhadap warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat, serta laporan berdasarkan pengalaman, menunjukkan dukungan yang kuat terhadap serangan 7 Oktober.
Pertukaran tahanan merupakan sebuah kemenangan nyata bagi Hamas.
3. Keberhasilan internasional
Isu Palestina kini menjadi isu utama setelah sebelumnya menjadi prioritas terakhir di dunia. Respons Israel terhadap serangan Hamas memperkuat narasi yang menggambarkan Israel sebagai kekuatan penjajahan yang secara brutal menindas warga Palestina. Krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza melemahkan citra Israel.
Dunia internasional menyaksikan dukungan besar terhadap perjuangan Palestina, seiring dengan menyebarnya demonstrasi pro-Palestina ke seluruh Eropa.
Dengan sedikit pengecualian, negara-negara Selatan telah mengadopsi narasi Palestina, menggambarkan perang tersebut sebagai perang negara kuat yang menyerang rakyat yang tidak berdaya, sekaligus menyatakan penyesalan atas apa yang dianggap kemunafikan Barat dalam membela Ukraina, dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.
“Hamas bahkan mungkin menyatakan beberapa kemenangan di Amerika Serikat, dan meskipun sebagian besar anggota Partai Republik dan Presiden AS Joe Biden mendukung Israel, Partai Demokrat terpecah, dengan generasi muda Demokrat sangat kritis terhadap Israel,” demikian penelitian Daniel Byman dan Delaney Duff.
Sumber: Aljazeera