Serangan pembakaran yang dilakukan pemukim Israel terhadap Masjid Hajja Hamida di desa Palestina Deir Istiya, dekat Salfit, Tepi Barat utara, memicu gelombang kecaman internasional. Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan yang menargetkan warga Palestina di seluruh Tepi Barat.
Warga setempat melaporkan bahwa serangan terjadi pada dini hari Kamis. Foto-foto dari lokasi menunjukkan dinding masjid disemprot dengan slogan rasis anti-Palestina, sementara salinan Al-Qur’an turut dibakar. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina mengecam peristiwa ini sebagai “kejahatan keji” yang menyoroti “kebiadaban” Israel terhadap situs suci Muslim dan Kristen di wilayah Palestina yang diduduki.
Secara terpisah, dua anak Palestina tewas saat pasukan Israel menembaki warga dalam penggerebekan di Beit Ummar, dekat Hebron, selatan Tepi Barat, lapor Wafa.

Kekerasan ini terjadi di tengah rekor serangan pemukim dan militer Israel terhadap warga Palestina sepanjang tahun ini, termasuk serangan yang menargetkan panen zaitun 2025. Sejak 1 Oktober, sedikitnya 167 serangan pemukim terkait panen dilaporkan, melukai lebih dari 150 warga Palestina dan merusak lebih dari 5.700 pohon zaitun, menurut update terbaru Badan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Para pakar menilai serangan di Tepi Barat meningkat di bawah bayang-bayang perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 69.000 warga Palestina sejak Oktober 2023. Peningkatan kekerasan juga terkait dorongan anggota pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menganeksasi wilayah ini secara formal. Organisasi hak asasi menegaskan bahwa Israel sudah menerapkan sistem aneksasi de facto dan apartheid di Tepi Barat.
Kantor Hak Asasi PBB memperingatkan pada Juli lalu bahwa kekerasan pemukim dilakukan “dengan persetujuan, dukungan, dan dalam beberapa kasus partisipasi pasukan keamanan Israel.” Serangan pemukim dan militer merupakan “bagian dari strategi terkoordinasi Israel untuk memperluas dan mengokohkan aneksasi Tepi Barat yang diduduki, sekaligus memperkuat sistem diskriminasi, penindasan, dan kontrol terhadap warga Palestina di sana.”

Kecaman Internasional
Serangan Kamis terhadap masjid di Deir Istiya memicu reaksi keras dunia internasional. Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menyatakan keprihatinan mendalam. “Serangan terhadap tempat ibadah tidak dapat diterima,” tegasnya. Ia menekankan Israel, sebagai kekuatan pendudukan, bertanggung jawab melindungi warga sipil dan memastikan pelaku serangan, termasuk pembakaran masjid dan vandalismenya, dihukum.
Yordania melalui Kementerian Luar Negeri juga “mengutuk keras” meningkatnya serangan pemukim, menyebut kekerasan ini sebagai “ekstensi kebijakan ekstremis dan retorika provokatif pemerintah Israel yang memicu kekerasan terhadap rakyat Palestina.”
Jerman menyerukan penghentian kekerasan pemukim, menegaskan bahwa “insiden ini harus diselidiki secara menyeluruh dan pelaku dimintai pertanggungjawaban.” Kementerian Luar Negeri Swiss menyebut serangan arson pemukim baru-baru ini “tidak dapat diterima” dan menuntut penghentian kekerasan serta ekspansi pemukiman ilegal.
Namun warga Palestina mendesak pemimpin dunia untuk bergerak lebih dari sekadar kata-kata, dengan mengambil tindakan nyata terhadap Israel, termasuk menghentikan transfer senjata ke militer Israel.
Dalam insiden terpisah pekan lalu, pemukim Israel membakar rumah keluarga Palestina di Khirbet Abu Falah, dekat Ramallah, saat keluarga itu berada di dalamnya. Api berhasil dipadamkan berkat bantuan tetangga dan tim pertahanan sipil, meski sang ibu mengalami patah kaki saat melarikan diri.
OCHA menegaskan, “Keluarga berhasil dievakuasi, namun insiden ini menegaskan kerentanan warga Palestina terhadap kekerasan pemukim dan militer yang terus berlangsung.”










