Spirit of Aqsa- Dalam langkah yang disebut sebagai langkah praktis dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah permukiman Israel di Tepi Barat, harian Israel Hayom melaporkan bahwa sekelompok pemimpin politik dan kepala permukiman Israel tengah merancang rencana komprehensif untuk mencaplok seluruh wilayah Tepi Barat dan menjadikannya bagian tak terpisahkan dari Israel.
Rencana ini diungkapkan oleh Hanan Greenwood, seorang penulis yang juga pemukim kelahiran Kiryat Arba di Hebron, Tepi Barat selatan, dan kini tinggal di permukiman Efrat, dekat Yerusalem.
Rencana yang disusun oleh Dewan Regional Permukiman Israel (Yesha) ini didukung oleh anggota parlemen sayap kanan dan diklaim memanfaatkan “jendela peluang” yang mereka anggap tersedia di bawah kepemimpinan Presiden AS berikutnya, Donald Trump. Rencana tersebut mencakup pembangunan empat kota baru, memperluas kendali Israel atas wilayah yang luas, serta mengubah dewan lokal menjadi otoritas regional.
Langkah Praktis Aneksasi
Menurut Greenwood, pekan lalu puluhan aktivis sayap kanan, tokoh publik, dan kepala permukiman berkumpul di Hotel Ramada, Yerusalem, dalam konferensi luar biasa yang diselenggarakan oleh Dewan Yesha. Di balik layar, mereka menyusun “rencana operasional permukiman” di bawah pimpinan anggota Knesset, Avichai Buaron.
Salah satu elemen utama rencana ini adalah pendirian empat kota baru di Tepi Barat, termasuk kota untuk komunitas Druze dan komunitas Yahudi ultra-Ortodoks. Permukiman yang ada juga akan diperbesar dan dilengkapi infrastruktur modern. Buaron menyebut inisiatif ini bukan hanya sekadar gagasan teoritis, tetapi “langkah praktis yang harus segera dilaksanakan.”
Pembubaran Otoritas Palestina
Bagian lain dari rencana tersebut adalah pembubaran Otoritas Palestina dan menggantinya dengan dewan kota Arab yang berada di bawah kendali langsung Israel. Model ini serupa dengan upaya Israel membentuk asosiasi desa pada 1976 yang sebelumnya ditolak oleh warga Palestina.
Buaron menegaskan bahwa solusi dua negara “harus dihapus selamanya dari agenda,” mengacu pada keputusan Knesset pada Juli 2023 yang menolak pendirian negara Palestina secara sepihak. Sebagai gantinya, warga Arab di Tepi Barat akan diarahkan untuk tinggal di beberapa kota besar dengan status yang setara dengan warga Arab di Yerusalem, yaitu sebagai penduduk tanpa kewarganegaraan penuh.
Proyek Infrastruktur untuk Mendukung Aneksasi
Rencana ini juga mencakup proyek infrastruktur besar-besaran, seperti memperluas jaringan jalan raya, membangun pembangkit listrik, dan mengembangkan ladang energi surya. Menteri Energi Israel, Eli Cohen, mengumumkan rencana pembangunan ladang surya terbesar di Lembah Yordan. Tepi Barat dirancang menjadi pusat energi dan industri yang penting bagi Israel.
Selain itu, rencana ini juga mendorong pembangunan ratusan pertanian baru untuk memperluas kontrol atas wilayah “tanah negara” dan meningkatkan kehadiran Israel di kawasan tersebut.
Dukungan AS dan Tekad Israel
Rencana ini dimulai saat pemerintahan Trump yang mendukung perluasan permukiman Israel melalui “Kesepakatan Abad Ini,” meskipun pemimpin permukiman menganggap rencana tersebut tidak cukup untuk memastikan kendali penuh atas Tepi Barat. Dengan atau tanpa perubahan politik di Washington, mereka bertekad melanjutkan proyek aneksasi ini.
Rencana ini, jika dijalankan, akan mengubah lanskap politik dan demografis Tepi Barat, sekaligus mengabaikan kesepakatan internasional dan perundingan dengan Palestina berdasarkan perjanjian Oslo.
Sumber: Israel Hayom