Saluran televisi Israel, Channel 13, melaporkan bahwa mantan kepala Badan Keamanan Israel (Shin Bet), Nadav Argaman, mengancam akan mengungkap semua yang ia ketahui jika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertindak melawan hukum.
Menanggapi pernyataan tersebut, Netanyahu menolak apa yang ia sebut sebagai “ancaman kriminal bergaya mafia” dan menegaskan bahwa ia akan melakukan segala yang diperlukan demi keamanan pemukim Israel.
Argaman menegaskan bahwa perang di Gaza harus segera diakhiri dan seluruh tawanan harus dikembalikan.
“Tidak ada alasan untuk tetap berada di Jalur Gaza,” ujarnya.
Netanyahu membalas pernyataan Argaman dengan mengatakan, “Dalam sejarah Israel, belum pernah terjadi seorang mantan kepala badan keamanan mengancam dan memeras perdana menteri yang sedang menjabat secara terbuka.”
Ia juga menuduh bahwa ancaman tersebut merupakan bagian dari kampanye tekanan yang dipimpin oleh kepala Shin Bet saat ini.
“Tujuan satu-satunya adalah menghalangi saya mengambil keputusan yang diperlukan untuk mereformasi Shin Bet setelah kegagalan besar mereka pada 7 Oktober,” tambah Netanyahu.
Argaman dikenal sebagai sosok yang memahami masyarakat Palestina meskipun ia tidak bisa berbahasa Arab. Selama Intifada Kedua, ia terlibat dalam operasi keamanan 24 jam dan berperan besar dalam operasi militer “Perisai Pertahanan” di Tepi Barat pada tahun 2002.
Menurut sumber keamanan Israel, Argaman bertanggung jawab dalam memberikan dukungan operasional kepada unit tempur serta kontra intelijen.
Dia juga dianggap sebagai dalang di balik sejumlah pembunuhan terhadap para pemimpin Palestina, terutama dari Hamas, termasuk Ahmad Jabari, komandan Brigade Izzuddin al-Qassam, yang dibunuh Israel pada November 2012.
Pada September lalu, sebelum tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel, Argaman telah menyerukan penghentian perang di Gaza. Dalam pernyataan yang dikutip Channel 12 Israel, ia mengatakan bahwa Israel tidak siap untuk perang jangka panjang.
Dia menegaskan bahwa perang seharusnya sudah berakhir sejak lama dan menekankan bahwa “nyawa para sandera lebih penting dari segalanya. Mereka harus dikembalikan, meskipun ada harga mahal yang harus kita bayar dalam kesepakatan pertukaran.”
Argaman juga mengkritik Netanyahu, menuduhnya lebih mementingkan kelangsungan kekuasaannya dan stabilitas koalisinya daripada keamanan Israel.