Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menegaskan bahwa kelaparan tidak boleh dijadikan alat untuk menaklukkan musuh. Dalam konferensi sistem pangan PBB di Ethiopia, Senin (28/7), ia menyoroti secara khusus situasi di Gaza dan Sudan yang kini menghadapi bencana kemanusiaan akibat blokade dan perang berkepanjangan.

“Konflik terus menyebarkan kelaparan dari Gaza hingga Sudan, dan kelaparan sendiri memicu ketidakstabilan serta meruntuhkan perdamaian,” tegas Guterres dalam pidatonya yang disampaikan lewat video. “Kita tidak boleh pernah menerima kelaparan sebagai senjata perang.”

Ia juga memperingatkan bahwa perubahan iklim turut memperburuk kondisi, merusak panen, merusak rantai pasok, dan menghambat bantuan kemanusiaan.

Pernyataan itu datang di tengah peringatan keras dari badan-badan PBB tentang kelaparan yang mengancam jiwa di Gaza, setelah suplai bantuan semakin menipis. Sejak awal Maret hingga Mei lalu, Israel menutup total jalur bantuan, memperparah bencana kemanusiaan yang sudah berlangsung sejak agresi militer dimulai.

Meski tekanan internasional meningkat, Israel tetap menutup seluruh akses bantuan medis dan pangan ke Gaza. Penutupan ini bukan hanya pengepungan, tapi bagian dari kebijakan sistematis untuk menjadikan kelaparan sebagai senjata.

Di sisi lain, Sudan juga terus bergolak. Osman Belbeisi, Direktur Regional Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), menyebut krisis Sudan sebagai “bencana kemanusiaan terbesar di dunia, namun paling dilupakan.”

Sejak April 2023, Sudan dilanda perang antara militer dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa lebih dari 7 juta jiwa meninggalkan rumah mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here