Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengeluarkan peringatan keras: dua juta warga Palestina di Jalur Gaza sedang dibiarkan kelaparan secara sengaja. Ia menuding Israel menggunakan makanan sebagai senjata untuk menghapus kemanusiaan mereka, di tengah terus berlangsungnya agresi militer brutal yang didukung penuh oleh Amerika Serikat.

Dalam pidatonya di sidang ke-51 Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Sabtu (22/6), Lazzarini mengecam keras skema distribusi bantuan di Gaza yang baru-baru ini dijalankan atas prakarsa AS dan Israel. Ia menyebutnya sebagai “mekanisme yang menjijikkan” dan telah berubah menjadi jebakan maut bagi warga Gaza yang kelaparan.

“Ini adalah puncak dari 20 bulan teror, pembiaran, dan budaya impunitas,” tegasnya.

Menurut Lazzarini, dua juta penduduk Gaza kini dilucuti dari hak asasi mereka yang paling dasar, tanpa konsekuensi apa pun bagi pihak yang melakukannya. Ia menyebut situasi ini sebagai bagian dari proyek jangka panjang untuk menghancurkan impian berdirinya negara Palestina, serta upaya sistematis Israel untuk memutus para pengungsi Palestina dari akar tanah airnya.

UNRWA Jadi Sasaran Langsung

Lazzarini juga menegaskan bahwa badan yang dipimpinnya—UNRWA—telah menjadi target langsung dalam perang ini. Para staf UNRWA mengalami penangkapan, intimidasi, dan penganiayaan oleh tentara Israel, namun tetap menjalankan tugas kemanusiaan mereka.

Ia juga mengungkapkan bahwa pemindahan paksa warga Palestina dari kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat Utara kini mencapai tingkat tertinggi sejak tahun 1967.

Dapur Dunia Kembali Beroperasi

Di tengah kegelapan ini, sebuah kabar baik muncul: organisasi nirlaba World Central Kitchen (WCK) kembali beroperasi di Gaza setelah 12 minggu terhenti karena blokade Israel.

Melalui akun resmi mereka di platform X (dulu Twitter), WCK menyatakan bahwa dampak kelaparan kronis di Gaza tidak bisa disembuhkan dalam waktu singkat, dan menekankan pentingnya akses aman dan berkelanjutan terhadap pangan.

“Hari ini kami kembali memasak di dapur-dapur tertentu. Ini langkah krusial untuk kembali meningkatkan produksi makanan dan merespons kebutuhan mendesak para pengungsi,” tulis mereka.

WCK mengungkapkan bahwa bantuan yang berhasil masuk hanya cukup untuk menyediakan sekitar 10.000 porsi makanan di hari pertama. Selama 3 bulan sebelumnya, mereka tak bisa beroperasi karena blokade total dan penutupan perlintasan oleh Israel.

“Skema Bantuan” Gagal Total

Di sisi lain, lembaga bernama Humanitarian Gaza Foundation—yang dibiayai oleh Israel dan Amerika—mengakui kegagalan dalam menjawab kebutuhan rakyat Gaza.

Direktur sementara lembaga itu, John Acree, mengakui: “Kami tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar para warga, sementara sebagian besar wilayah Gaza tetap tertutup.” Pernyataan ini muncul setelah gelombang kritik tajam dari organisasi kemanusiaan internasional, serta maraknya penembakan di sekitar titik distribusi bantuan yang menyebabkan banyak korban.

Acree bahkan menyebut bahwa lembaganya siap bekerja sama dengan organisasi lain agar bantuan bisa menjangkau lebih banyak warga, mengingat sebagian besar wilayah Gaza telah menjadi zona bencana.

Namun, kenyataan di lapangan sangat memilukan.

Menurut data resmi, sejak skema distribusi ini dimulai pada 27 Mei lalu, 450 warga Palestina gugur syahid, 3.466 lainnya luka-luka, dan 39 orang dinyatakan hilang hanya karena mencoba mengakses bantuan makanan di titik distribusi yang dikendalikan Israel dan AS.

Pada hari Sabtu saja (22/6), 17 warga Palestina kembali tewas, termasuk 8 orang yang tengah mengantre bantuan makanan, menurut laporan Pertahanan Sipil Palestina.

Bantuan yang Ditolak PBB

Perlu dicatat bahwa “mekanisme bantuan” yang dijalankan Israel melalui Humanitarian Gaza Foundation tidak berada di bawah pengawasan PBB maupun organisasi kemanusiaan internasional lainnya. PBB menolak skema ini karena dianggap sebagai instrumen politisasi bantuan dan tidak netral.

Dengan latar belakang genosida yang terus berlangsung, peringatan Lazzarini terasa sangat nyata: “Anak-anak Gaza sedang menghadapi kematian perlahan karena kelaparan.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here