Amerika Serikat kembali menggunakan hak veto di Dewan Keamanan untuk menggagalkan resolusi gencatan senjata di Gaza. Tapi menurut Pelapor Khusus PBB untuk Hak atas Pangan, Michael Fakhri, langkah ini tidak mengejutkan—dan tidak boleh jadi alasan dunia tinggal diam.
“Israel sedang menjalankan perang kelaparan. Dan hukum internasional jelas-jelas dilanggar,” tegas Fakhri dalam wawancara dengan Al Jazeera.
Ia mendesak agar bantuan kemanusiaan dikirim secara langsung ke Gaza melalui pasukan penjaga perdamaian PBB—meski tanpa persetujuan Israel. Dunia, menurutnya, punya tanggung jawab moral dan hukum untuk menyelamatkan rakyat Gaza dari genosida yang kini berlangsung setiap hari.
Fakhri mengingatkan bahwa Majelis Umum PBB memiliki wewenang mengambil tindakan ketika Dewan Keamanan gagal menjalankan fungsinya. Ia juga mengutip keputusan Mahkamah Internasional yang menyatakan pendudukan Israel atas Palestina sebagai tindakan ilegal.
“Sudah ada surat penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional terhadap Netanyahu dan Gallant karena kejahatan perang,” tambahnya.
Tak hanya itu, Fakhri melancarkan kritik keras terhadap lembaga bernama “Gaza Humanitarian Institution” yang dianggap sebagai alat militerisasi bantuan dan bukan lembaga kemanusiaan. Ia menyebut lembaga ini justru menghina dan menindas warga Palestina.
PBB pun menolak bekerja sama dengan lembaga yang dianggap tak transparan dan tak mematuhi prinsip dasar kemanusiaan tersebut.
Fakhri juga menyoroti fakta bahwa tentara Israel menembaki warga sipil yang mengantre bantuan. Kantor Media Pemerintah Gaza mencatat, dalam delapan hari terakhir, 102 warga sipil syahid di pusat distribusi bantuan. “Israel telah mengubah bantuan menjadi alat pembantaian massal,” tegas pernyataan resmi.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, hingga hari ini jumlah korban agresi telah menyentuh 54.607 syahid dan 125.341 luka-luka sejak 7 Oktober 2023.
Perang yang sedang berlangsung ini, menurut para ahli, adalah bentuk pemusnahan sistematis terhadap satu bangsa, dengan skala kehancuran yang tak terlihat sejak Perang Dunia II.
Meskipun Israel baru mengizinkan sebagian kecil truk bantuan masuk sejak 19 Mei lalu, PBB menyebut bantuan itu tidak cukup—hanya setetes air di lautan penderitaan.
Fakhri mengajak dunia untuk tidak lagi tunduk pada veto dan politik—karena saat ini yang sedang terjadi di Gaza adalah tragedi kemanusiaan terbesar di abad ini.