Puluhan ribu warga Palestina mulai kembali ke Gaza utara setelah sebelumnya diusir paksa oleh pasukan Israel. Mereka pulang bukan karena keadaan telah membaik, melainkan karena tidak ada lagi tempat untuk dituju. Namun yang mereka temukan justru kehancuran total.
Banyak dari mereka yang berjalan kaki menempuh perjalanan jauh, menembus badai debu dan reruntuhan bangunan, berjuang menemukan jejak rumah yang pernah mereka tinggali. Sebagian besar kini hanya berdiri di atas puing, memandangi bekas kehidupan yang hilang.
“Apakah ini Gaza? Apa ini yang tersisa dari Gaza? Apakah ini masih bisa disebut kehidupan?” kata Sherin Abu al-Yakhni, salah satu warga yang kembali.
“Kami pulang tanpa rumah, tanpa atap untuk anak-anak kami. Musim dingin sudah di depan mata.”
Warga Gaza yang kembali tidak hanya kehilangan tempat tinggal, mereka juga kehabisan tenaga dan harapan setelah dua tahun serangan udara Israel, pengungsian berulang-ulang, dan kelaparan yang disengaja melalui blokade bantuan.
“Tidak ada makanan, tidak ada air. Sejak kemarin kami bahkan tidak menemukan seteguk air untuk anak-anak,” tambah Sherin.
Kesaksian serupa datang dari Farah Saleh, pengungsi lain yang memilih kembali meski sadar tak ada lagi yang bisa diselamatkan.
“Kami pernah kembali ke utara sebelumnya dan menemukan kehancuran. Tapi kali ini, kami benar-benar terkejut. Tingkat kehancurannya tidak masuk akal. Semakin kami berjalan, semakin kami terpukul oleh pemandangannya.”