Spirit of Aqsa, Palestina- Kisah-kisah kelaparan di Jalur Gaza bukan sebuah ‘drama’ yang berasal dari imajinasi para penulis. Semua kisah tentang Gaza tidak benar-benar menyampaikan fakta yang sesungguhnya.
Bangunan bisu menjadi saksi atas praktik genosida yang dilakukan teroris Israel terhadap warga Palestina. Parahnya lagi, genosida tersebut terjadi di depan mata setiap manusia yang ada di muka bumi.
Pembantaian terhadap warga sipil Jalur Gaza menciptakan rentetan penyiksaan; pembunuhan, pengungsian dan kelaparan. Namun, semua hal itu tidak berhasil mematahkan ketabahan dan keyakinan mereka akan keadilan serta kemenangan para pejuang atas Israel.
Orang-orang Palestina memberikan contoh perlawanan yang paling indah melalui kesabaran, ketabahan, dan solidaritas di antara mereka sendiri.
Teroris Israel berusaha membantai Gaza dengan pisau kelaparan, berharap senjata berhasil membunuh mereka setelah dibom, sampai-sampai PBB mengklasifikasikan 100 hari pertama perang di Gaza sebagai yang paling berdarah di dunia pada abad ke 21.
Namun gambar-gambar yang dirilis oleh sektor ini mengungkap kegagalan upaya tersebut. Di antara puing-puing bangunan yang dirobohkan, rakyat Palestina masih tetap berdiri tegak, pantang menyerah dan tidak menundukkan kepala kepada perampas kekuasaan, meski harus mengorbankan nyawanya.
Bahkan, organisasi internasional pun tidak bisa menyembunyikan tragedi yang menimpa masyarakat Gaza. PBB telah menyatakan kekhawatirannya akan penyebaran kelaparan, kehausan dan penyakit, akibat pembatasan yang diberlakukan Israel pada sektor layanan dasar dan bantuan kemanusiaan di Gaza.
Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan lebih dari seperempat penduduk Gaza telah kehabisan persediaan makanan mereka, sementara Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memperingatkan bahwa 90% anak-anak di Jalur Gaza menderita kekurangan gizi.
Adapun kepala Observatorium Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania, Rami Abdo, ia mengkonfirmasi kepada Al Jazeera, perang kelaparan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza akan meninggalkan dampak jangka panjang yang tidak dapat diubah, mengingat laporan internasional dan konfirmasi para ahli bahwa jumlah korban kelaparan dan penyakit mungkin melebihi jumlah korban meninggal, yaitu dibunuh oleh bom dan rudal.
Sumber yang sama menunjuk pada laporan dan penelitian internasional yang menyoroti Jalur Gaza, dimana 53% penduduknya menderita keadaan darurat ekstrim berupa kekurangan gizi akut, sementara 26% dari mereka, atau sekitar setengah juta orang, menderita kelaparan, dan risiko kematian akibat Kelaparan, kekurangan gizi atau penyakit terkait.