Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengumumkan bahwa mereka telah menerima proposal dari para mediator pada Kamis untuk melanjutkan negosiasi dan meresponsnya dengan penuh tanggung jawab serta sikap positif. Sementara itu, situs berita Amerika Axios mengungkapkan rincian proposal baru dari AS.
Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan bahwa mereka telah menyerahkan tanggapannya pada Jumat dini hari terhadap proposal yang diterima. Hamas menyebutkan bahwa tanggapannya mencakup persetujuan untuk membebaskan tentara Israel Idan Alexander, yang memiliki kewarganegaraan AS, serta menyerahkan jenazah empat orang lainnya yang memiliki kewarganegaraan ganda.
Hamas menegaskan kesiapan penuh untuk memulai kembali negosiasi dan mencapai kesepakatan menyeluruh mengenai tahap kedua gencatan senjata. Hamas juga menuntut agar Israel mematuhi semua kewajibannya sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata.
Sebelumnya, Hamas telah menyatakan keterbukaannya terhadap setiap proposal yang dapat mempercepat implementasi gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza dalam berbagai tahap yang telah disepakati.
Pemimpin senior Hamas, Husam Badran, dalam sebuah pernyataan pada Jumat, menegaskan bahwa Hamas tetap bersikeras pada implementasi penuh dari tiga tahap gencatan senjata. Ia menekankan bahwa kegagalan Israel dalam mematuhi kesepakatan telah menghambat dimulainya tahap kedua.
Badran memperingatkan bahwa penyimpangan Israel dari perjanjian akan mengembalikan situasi ke titik awal. Ia juga menegaskan bahwa Hamas telah meminta para mediator untuk memastikan Israel mematuhi perjanjian gencatan senjata, menghentikan pelanggaran, serta melaksanakan semua ketentuan yang telah disepakati.
Sementara itu, juru bicara Hamas, Hazem Qassem, menyatakan bahwa laporan media Israel mengenai adanya proposal baru bertujuan untuk mengabaikan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. Ia menegaskan bahwa Hamas tetap berpegang teguh pada kesepakatan yang sudah ada dan akan melanjutkan implementasi tahap kedua, termasuk jaminan bahwa tidak akan ada perang kembali serta penarikan penuh Israel dari Jalur Gaza.
Qassem juga menekankan pentingnya Israel memenuhi komitmennya untuk mundur dari Gaza, termasuk memulai penarikan pasukan dari Koridor Philadelphia. Ia menuduh Israel tidak menjalankan protokol kemanusiaan dalam kesepakatan Gaza.
Ia menambahkan bahwa pertemuan dengan para mediator masih terus berlangsung di Doha guna mendorong dimulainya tahap kedua. Meskipun Hamas tidak menginginkan perang kembali, Qassem menegaskan bahwa kelompok tersebut akan tetap membela rakyat Palestina jika Israel melanjutkan agresinya di Gaza.
Komitmen Hamas dan Jihad Islam terhadap Gencatan Senjata
Dalam konteks yang sama, Hamas dan Jihad Islam menegaskan komitmen perlawanan Palestina untuk tetap setia dalam menerapkan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza dan siap melanjutkan implementasinya.
Kedua kelompok tersebut menekankan perlunya kepatuhan penuh terhadap seluruh tahapan gencatan senjata, khususnya mengenai penarikan pasukan Israel dari Koridor Philadelphia, pembukaan perlintasan, penerapan protokol kemanusiaan, serta pengiriman bantuan yang diperlukan bagi warga Gaza. Mereka juga menyerukan dimulainya tahap kedua tanpa syarat.
Hamas mengungkapkan bahwa delegasi dari kelompoknya, yang dipimpin oleh Muhammad Darwish selaku Ketua Dewan Kepemimpinan Hamas, serta delegasi dari Jihad Islam yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Ziyad al-Nakhalah dan wakilnya Muhammad al-Hindi, telah mengadakan pertemuan di Doha.
Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas pelaksanaan perjanjian gencatan senjata, berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh Israel, serta perkembangan negosiasi dalam beberapa hari terakhir guna melanjutkan perundingan.
Israel Tawarkan Perpanjangan Gencatan Senjata 50 Hari
Sementara itu, media Israel melaporkan pada Kamis bahwa Israel telah mengusulkan perpanjangan gencatan senjata selama 50 hari sebagai imbalan atas pembebasan sebagian dari 58 tahanan, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, yang masih berada di Gaza.
Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membantah laporan tersebut dan menyebutnya sebagai berita palsu.
Media Israel juga melaporkan bahwa Netanyahu akan mengadakan konsultasi pada Sabtu mendatang untuk membahas kemungkinan kesepakatan pertukaran tahanan.
Proposal Baru dari AS
Dalam perkembangan terbaru, situs berita Axios mengungkap bahwa utusan AS, Steven Wietkoff, telah mengajukan proposal baru dalam perundingan di Doha. Proposal ini berisi rencana perpanjangan gencatan senjata di Gaza selama beberapa minggu serta dilanjutkannya bantuan kemanusiaan, dengan imbalan pembebasan beberapa tahanan yang masih hidup dan jenazah tahanan yang telah meninggal oleh Hamas.
Sumber yang dikutip oleh Axios menyebutkan bahwa mediator bertemu dengan pejabat Hamas di Doha pada Rabu malam dan menyampaikan proposal terbaru dari Wietkoff. Proposal ini mencakup perpanjangan gencatan senjata hingga 20 bulan depan, dengan pembebasan minimal lima tahanan yang masih hidup dan sembilan jenazah pada hari pertama perpanjangan.
Menurut proposal tersebut, Israel dan Hamas akan menggunakan masa perpanjangan gencatan senjata untuk bernegosiasi mengenai gencatan senjata jangka panjang di Gaza. Jika kesepakatan tercapai, semua tahanan yang masih ditahan akan dibebaskan pada hari terakhir dari gencatan senjata yang diperpanjang sebelum dimulainya gencatan senjata jangka panjang.
Selain itu, proposal ini mencakup pengiriman bantuan kemanusiaan, termasuk pasokan makanan, ke Jalur Gaza selama masa perpanjangan gencatan senjata.
Axios juga melaporkan bahwa Israel telah memberikan tanggapan positif terhadap proposal ini. Mediator Qatar dan Mesir telah bertemu dengan pejabat Hamas di Doha pada Rabu malam dan masih menunggu tanggapan dari kelompok tersebut.
Namun, The New York Times sebelumnya melaporkan bahwa putaran terbaru perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas di Doha pekan ini tidak membuahkan hasil akibat perbedaan mendalam mengenai langkah-langkah lanjutan dari perjanjian tersebut.
Tanggapan Keluarga Tahanan Israel
Di sisi lain, keluarga tahanan Israel di Gaza memperingatkan bahwa waktu semakin menipis dan mendesak pemerintah mereka untuk segera bertindak.
Dalam sebuah pernyataan, mereka menegaskan bahwa para tahanan “sangat membutuhkan bantuan sekarang” dan bahwa “ini adalah saat yang tepat untuk bertindak, karena tidak akan ada kesempatan lain untuk membebaskan mereka.”
Mereka juga memperingatkan bahwa jika kesepakatan tidak segera dicapai, tahanan yang masih hidup dapat kehilangan nyawa mereka.
Dalam aksi unjuk rasa di Tel Aviv, keluarga tahanan menyatakan keprihatinan mendalam terhadap laporan yang menyebutkan bahwa hanya sebagian kecil tahanan yang akan dibebaskan dalam kesepakatan yang sedang dibahas. Mereka menegaskan bahwa negosiasi harus terus berlanjut hingga kesepakatan yang mencakup pembebasan seluruh 59 tahanan dapat dicapai tanpa pengecualian.
Survei Opini Publik di Israel
Sebuah survei yang dilakukan oleh harian Israel Maariv mengungkap bahwa mayoritas warga Israel mendukung pembebasan semua tahanan sekaligus dengan imbalan penghentian perang dan penarikan pasukan dari Gaza.
Survei tersebut menunjukkan bahwa hanya 10% warga Israel yang mendukung pembebasan tahanan dalam skema bertahap seperti kesepakatan sebelumnya.
Sebaliknya, 27% responden mendukung opsi melanjutkan perang secara penuh untuk memaksa Hamas membebaskan para tahanan.
Survei juga menunjukkan bahwa 53% pendukung koalisi pemerintahan mendukung perang habis-habisan di Gaza, sementara 83% pendukung oposisi lebih memilih pembebasan seluruh tahanan sebagai imbalan atas penghentian perang dan penarikan pasukan dari wilayah tersebut.