Rencana perluasan besar-besaran permukiman ilegal Ma’ale Adumim yang diumumkan Israel, Kamis (14/8), dinilai sebagai “akta kematian” bagi gagasan negara Palestina merdeka yang telah dibicarakan selama puluhan tahun. Proyek ini memperkuat realitas yang diciptakan Israel di Tepi Barat dan mengubur harapan akan solusi dua negara.
Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengumumkan dimulainya program untuk menghubungkan Ma’ale Adumim dengan Yerusalem Timur yang diduduki, setelah tertunda lebih dari 20 tahun. Rencana itu mendapat dukungan penuh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Proyek mencakup penyitaan ribuan dunam tanah Palestina, investasi miliaran dolar, dan target memasukkan satu juta pemukim Israel ke Tepi Barat. Jurnalis Palestina Montaser Nassar mengatakan, lebih dari 3.400 unit permukiman baru akan dibangun di kawasan E1 (tahap pertama proyek) ditambah ekspansi di permukiman Ariel. Tujuannya, memutus konektivitas antara utara dan selatan Tepi Barat sekaligus mengisolasi Yerusalem dari wilayah Palestina lain.
Penggusuran Desa dan Perubahan Peta
Israel juga berencana mengambil alih desa-desa Palestina untuk proyek ini, termasuk Desa Al-Na’man di timur Betlehem, yang seluruh warganya telah diperintahkan angkat kaki demi perluasan permukiman Har Homa di Jabal Abu Ghneim.
Proyek Ma’ale Adumim terbagi dua tahap: E1, yang disahkan 27 Juli lalu, menghubungkan permukiman tersebut dengan Yerusalem Timur; tahap kedua diperkirakan disahkan bulan ini. Meski pembangunannya sempat dibekukan sejak 1997, Israel diam-diam terus membangun infrastruktur pendukung.
Menurut pakar permukiman Khalil Tafakji, proyek ini akan membuat Israel menguasai 10% wilayah Tepi Barat di bawah klaim “Yerusalem Raya”, jauh lebih luas dari 1,2% wilayah kota yang sebenarnya. Kondisi ini membuat mustahil lahirnya negara Palestina yang utuh secara geografis.
Pengamat urusan Israel Sari Orabi menegaskan, rencana ini menghapus peluang berdirinya negara Palestina di perbatasan 1967 karena membangun “tembok” demografis dan permukiman raksasa di tengah Tepi Barat. Proyek ini juga mencerminkan visi ekstrem sayap kanan Israel tentang “Israel Raya” dari laut hingga sungai.
Ketua Dewan Permukiman Ma’ale Adumim sendiri menyatakan blak-blakan: ekspansi ini “akan mengubur mimpi negara Palestina” dan mereka tidak akan tunduk pada tekanan internasional. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir menambahkan, langkah ini adalah bagian dari “pengokohan kendali Israel atas Tepi Barat”, semua, katanya, dilakukan dengan restu Presiden AS Donald Trump.
Sumber: Al Jazeera