Serangkaian operasi penghancuran kendaraan lapis baja milik militer Israel oleh faksi-faksi perlawanan Palestina menunjukkan bukan hanya kekuatan senjata yang digunakan, tetapi juga strategi yang sangat terukur: mengincar alat tempur vital yang sulit diganti selama perang berlangsung.
Hal ini disampaikan oleh Kolonel Hatem Al-Falahi, pakar militer, dalam analisanya yang ditayangkan Al Jazeera.
Dalam 24 jam terakhir, kelompok-kelompok perlawanan mengumumkan telah menghancurkan sejumlah tank, kendaraan pengangkut personel, dan alat tempur lainnya dalam beberapa operasi berbeda. Tak hanya itu, mereka juga merilis dokumentasi visual dari penghancuran kendaraan-kendaraan militer Israel yang terjadi sebelumnya pada bulan ini.
Serangan di Khan Younis: Simbol Perlawanan dan Ketepatan Strategis
Pada Selasa kemarin, Brigade Al-Qassam berhasil menghancurkan satu kendaraan pengangkut personel jenis Puma di Khan Younis, Gaza bagian selatan. Serangan itu menewaskan seorang perwira dan enam tentara Israel, serta melukai lainnya.
Menurut Al-Falahi, kendaraan lapis baja jenis Puma digunakan oleh unit teknik tempur Israel. Dirancang untuk menjinakkan ranjau dan membuka jalur aman bagi pasukan, kendaraan ini tergolong sangat berat perlindungannya dan dilengkapi dengan senjata ringan, senjata berat, mortir 60 mm, serta 20 roket penghancur ranjau.
“Puma adalah kendaraan yang sangat sulit dihancurkan, karena mampu menahan berbagai jenis serangan. Tapi ketika berhasil disasar dan diledakkan, ia berubah menjadi bola api,” ujar Al-Falahi.
Senjata Lokal, Kerugian Strategis
Kehancuran kendaraan seperti Puma menandakan bahwa senjata-senjata buatan lokal oleh pejuang Al-Qassam mampu menembus perlindungan baja kendaraan-kendaraan mahal milik militer Israel. Bahkan, penargetan buldoser lapis baja jenis D9 (yang dikenal tahan peluru) menegaskan bahwa perlawanan kini secara sadar menyasar unit-unit teknik tempur yang sangat vital dan sulit diganti selama operasi militer.
Menurut Al-Falahi, serangan semacam ini menunjukkan adanya kelemahan struktural di tubuh militer Israel. Tentara pendudukan tak mampu mencegah pejuang Palestina mendekat dan menyerang kendaraan-kendaraan tersebut secara langsung, yang jelas mencerminkan tingkat keberanian luar biasa dalam pertempuran jarak dekat.
“Yang menarik,” lanjutnya, “adalah kenyataan bahwa senjata-senjata yang digunakan dalam serangan-serangan ini sebagian besar buatan lokal, tapi desainnya tampaknya benar-benar dirancang untuk menghancurkan kendaraan berbiaya tinggi milik Israel.”
Rotasi Pasukan Israel: Tanda Kelelahan dan Kerugian
Lebih jauh, Al-Falahi menyoroti langkah militer Israel yang menarik Divisi 252 dari garis depan dan menggantinya dengan Divisi 99, unit cadangan dari Komando Pusat. Ia menilai pergantian ini menunjukkan dua kemungkinan: keletihan ekstrem atau kerugian besar yang dialami unit sebelumnya.
Menurutnya, rotasi unit dalam situasi pertempuran biasanya tak dilakukan kecuali karena tekanan berat di medan tempur. “Ini bukan rotasi biasa. Ini adalah sinyal keretakan moral dan operasional di jajaran militer Israel,” tutup Al-Falahi.
Sumber: Al Jazeera