Spirit of Aqsa, Jakarta – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, normalisasi hubungan Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel tak memengaruhi sikap Indonesia terhadap Palestina.
“Normalisasi UEA-Israel dan Bahrain-Israel tidak akan mengubah posisi Indonesia tentang Palestina. Bagi Indonesia, penyelesaian isu Palestina perlu menghormati DK (Dewan Keamanan) PBB serta parameter yang disepakati secara internasional termasuk, two state solution,” kata Faizasyah dalam konferensi pers digital, Kamis (17/9).
Faizasyah mengatakan, seyogianya seluruh inisiatif perdamaian tidak menggagalkan Arab Peace Initiative yang diinisiasi oleh Liga Arab pada 2002 dan resolusi organisasi kerja sama negara Islam lainnya. Ia menuturkan, sudah semestinya seluruh negara mempertimbangkan seluruh kesepatan terkait isu Palestina didasari oleh resolusi yang telah diakui secara internasional, yakni two state solution.
“Hal ini akan memungkinkan equal voting bagi seluruh pihak serta didasarkan pada parameter internasional yang disepakati,” kata Faizasyah.
“Kami memahami intensi UAE dan Bahrain untuk meyediakan ruang bagi pihak terkait untuk bernegosiasi dan mengubah pendekatan untuk menyelesaikan isu Palestina melalui kesepakatan ini. Namun efektivitas kesepakatan tersebut sangat bergantung pada Israel untuk menghormatinya,” tutur dia.
Perjanjian damai antara Uni Emirat Arab dan Israel mulanya diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dia mengunggah pernyataan gabungan antara dirinya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan selaku Wakil Panglima Tertinggi UEA.
Israel dan Uni Emirat Arab sepakat untuk melakukan normalisasi relasi diplomatik. Keputusan tersebut langsung tercetus setelah Trump melakukan pembicaraan telepon dengan PM Netanyahu serta Sheikh MBZ, julukan Bin Zayed.
Dalam pernyataan gabungan yang dirilis, Tel Aviv sepakat untuk menunda deklarasi kedaulatan atas wilayah di Tepi Barat yang selama ini dipersoalkan dunia. Trump juga mengumumkan kesepakatan pemulihan diplomatik antara Israel dan Bahrain di momen peringatan 11 September 2001 (9/11).
Kedua negara dilaporkan bakal menandatangani perjanjian itu dalam upacara yang berlangsung Gedung Putih pada 15 September nanti. Bahrain menjadi negara kedua di kawasan teluk yang menjalin pemulihan hubungan diplomatik dengan Israel setelah Uni Emirat Arab. Keputusan itu diambil setelah Trump berbicara dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, serta Raja Hamad bin Isa Al-Khalifa.