Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz, pada Rabu mengancam akan melanjutkan perang di Gaza, sementara Hamas menyebut pernyataannya “bodoh” dan menyebut pernyataan Presiden AS Donald Trump telah mendorong Israel untuk mengingkari kesepakatan gencatan senjata.

Usai pertemuan dengan militer, Katz menyatakan, “Jika Hamas tidak membebaskan tawanan Israel hingga Sabtu, maka pintu neraka akan terbuka bagi mereka, seperti yang dijanjikan Presiden AS.”

Dia juga menegaskan bahwa perang baru di Gaza akan “berlangsung dengan intensitas berbeda dibandingkan sebelum gencatan senjata dan akan memungkinkan pelaksanaan rencana Trump di Gaza.”

Menanggapi hal itu, pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, menyebut ancaman Israel untuk melanjutkan pertempuran sebagai “bodoh dan tidak berarti.”

Dia juga menegaskan bahwa pernyataan Trump telah “memicu ketegangan dan membuat Israel menghindari kewajibannya dalam kesepakatan.”

“Ancaman Trump tidak menakutkan dan tidak memiliki nilai,” kata Abu Zuhri, seraya menambahkan bahwa Mesir dan Qatar terus berupaya memastikan keberhasilan perjanjian dan mendorong Israel untuk memenuhi komitmennya.

Ia juga menegaskan bahwa pengelolaan Gaza adalah urusan internal Palestina dan menolak campur tangan asing. Hamas, kata dia, menyambut baik sikap resmi negara-negara Arab yang menolak rencana pengusiran warga Palestina dari Gaza.

Di tengah situasi ini, militer Israel mulai mengerahkan pasukan cadangan sebagai persiapan kemungkinan dilanjutkannya perang di Gaza. Israel menuduh Hamas tidak mematuhi kesepakatan dengan menunda pembebasan lebih banyak tawanan Israel pada Sabtu mendatang, yang dapat menyebabkan runtuhnya gencatan senjata yang telah berlangsung selama hampir sebulan.

Sementara itu, kemarahan Palestina dan dunia Arab terus meningkat terhadap rencana Trump untuk mengendalikan Gaza dan memindahkan warga Palestina ke wilayah lain.

Hamas menyatakan bahwa Mesir dan Qatar—yang menjadi mediator bersama AS dalam kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 19 Januari—telah meningkatkan upaya mereka untuk mengatasi kebuntuan. Sebuah delegasi Hamas bahkan telah tiba di Kairo untuk membahas perpanjangan gencatan senjata.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga berulang kali mengancam akan kembali melanjutkan perang jika Hamas tidak memenuhi tenggat waktu yang telah ditentukan. Ia telah memerintahkan militer untuk mengerahkan pasukan tambahan di dalam dan sekitar Gaza, yang segera diikuti oleh pengumuman resmi militer Israel mengenai pengerahan lebih banyak pasukan dan pemanggilan tentara cadangan.

Sebelumnya, Trump juga mengancam akan “membuka pintu neraka” dan membatalkan gencatan senjata jika Hamas tidak segera membebaskan seluruh tawanan Israel “sekaligus sebelum Sabtu pukul 12 siang.”

Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, menegaskan bahwa Israel telah melanggar ketentuan perjanjian, sehingga pembebasan tawanan Israel yang dijadwalkan pada Sabtu mendatang akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari lalu mencakup tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari, dengan tahap pertama difokuskan pada pertukaran tawanan dan pembukaan negosiasi untuk tahap kedua dan ketiga dengan mediasi Qatar, Mesir, serta dukungan AS.

Kesepakatan ini muncul setelah Israel, dengan dukungan militer AS, melakukan genosida di Gaza antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, menewaskan lebih dari 159.000 warga Palestina serta menyebabkan kehancuran besar dan kelaparan yang semakin parah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here