Spirit of Aqsa, Palestina- Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Munir Al-Barsh, mendesak penyeberangan Rafah dibuka untuk mengevakuasi 7.000 korban pembantaian yang mengalami luka sangat serius.
Selain itu, Kemenkes tidak bisa mendata secara menyeluruh syuhada karena masih banyak yang terjebak di bawah reruntuhan. Proses evakuasi sulit lantaran pengeboman dari teroris Israel tidak pernah berhenti.
Al-Barsh menjelaskan, saat ini rumah sakit di seluruh Jalur Gaza menangani sekitar 46 ribu korban luka. Hanya 388 di antara mereka yang berhasil dievakuasi ke luar negeri melalui penyebarangan Rafah.
“Warga Palestina sekarat di Gaza, dan tidak diperbolehkan menerima perawatan di luar negeri, dan ini merupakan hal yang memalukan. Para pengungsi di pusat penampungan menderita penyakit menular dan epidemi, akibat air yang tidak aman,” kata Munir, dikutip dari media lokal Palestina, Sabtu (9/12).
Selain itu, Al-Barsh mengatakan, ada kesulitan besar dalam menghitung jumlah syuhada. Teroris Israel juga mengebom generator listrik di Rumah Sakit Kamal Adwan hingga terbakar.
“Mesir adalah satu-satunya jalan keluar ke Jalur Gaza, karena menerima bantuan internasional yang datang dari berbagai belahan dunia, untuk dibawa ke Jalur Gaza yang terkepung, dimana lebih dari sepertiga penduduknya telah mengungsi, melalui gerbang perbatasan Rafah,” ujar Al-Barsh.