Spirit of Aqsa, Jakarta – Jumlah korban meninggal dunia akibat ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, Lebanon semakin bertambah. Data tersebut dilaporkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Hingga hari ini, Sabtu (15/8), terdapat 178 orang dan lebih dari 6.000 orang terluka. Ledakan itu juga merusak 26 rumah sakit, 170.000 ribu bangunan apartemen dan 120 sekolah, tempat dimana 50.000 murid belajar.
Ledakan dahsyat tersebut terjadi pad 4 Agustus 2020 lalu. Bahan kimia yang biasa digunakan untuk pupuk, amonium nitrat (NH4NO3), langsung dituding sebagai penyebabnya. Reaksi kimia di balik risiko ledakan amonium nitrat memang sudah sangat dikenal.
Menurut para pejabat pemerintahan setempat, sebanyak 2.750 ton amonium nitrat tersimpan dalam sebuah hanggar atau gudang di pelabuhan kota itu. Mereka berada di sana sejak September 2013 lalu setelah kapal yang membawanya terpaksa berlabuh di Beirut di mana muatan itu kemudian ditinggalkan begitu saja oleh pemilik dan kru kapal.
Ledakan itu diawali kebakaran di area tersebut yang membuat gulungan asap putih dan ledakan-ledakan kecil. Ketika gudang berisi amonium nitrat itu meledak, awan kondensasi putih meruap dan tersebar menyelimuti dari situs itu, diikuti dengan jamur raksasa berupa asap merah-oranye yang tumbuh ke angkasa dari gudang itu.