Kisah soal kegagalan militer Israel dalam serangan 7 Oktober kembali mencuat. Senin ini, sebuah rekaman baru dari mantan Kepala Staf IDF, Herzi Halevi, dipublikasikan. Di saat bersamaan, Kementerian Pertahanan Israel justru dilanda pertikaian internal antara Menteri Pertahanan Yoav Katz dan Kepala Staf Eyal Zamir.
Hamas Menipu Israel Bertahun-tahun
Channel 12 Israel merilis rekaman yang memperlihatkan Halevi menjelaskan bagaimana Hamas berhasil mengelabui Israel selama bertahun-tahun sebelum Operasi Thufan al-Aqsa. Dalam rekaman itu, Halevi menggambarkan bagaimana peringatan dini diabaikan, analisis intelijen meleset, dan bagaimana lembaga keamanan Israel salah membaca situasi.
Menurut Halevi, Hamas membangun mekanisme penyamaran yang rapi (mulai dari urusan izin kerja, bantuan kemanusiaan, hingga proyek infrastruktur) yang membuat Israel dan komunitas internasional percaya bahwa kelompok itu lebih fokus pada kesejahteraan warga dibanding persiapan militer.
“Mereka berhasil meyakinkan semua pihak: para mediator, pimpinan kami, militer, intelijen, Shin Bet, hingga Mossad,” ujar Halevi.
Ia juga menyebut bahwa Israel salah menafsirkan tindakan Hamas yang menertibkan Jihad Islam Palestina sebagai tanda mereka ingin menjaga stabilitas. Bahkan ketika Hamas menghukum warga yang melakukan kerusuhan di dekat perbatasan, Israel menilainya sebagai sinyal moderasi. “Semua itu bagian dari upaya membuat kami lengah,” katanya.
Halevi tidak menutupi tanggung jawabnya: “Militer gagal. Saya menjabat sebagai Kepala Staf saat itu, dan saya akan membawa beban ini sampai mati.”
Katz vs Zamir: Konflik Baru di Tubuh Kementerian Pertahanan
Di tengah pernyataan Halevi, Menteri Pertahanan Yoav Katz justru memicu kontroversi baru. Ia memutuskan menunda seluruh proses pengangkatan posisi strategis di militer selama 30 hari. Alasannya: ia ingin meninjau ulang hasil investigasi internal yang dilakukan tentara soal kegagalan 7 Oktober—yang sebelumnya berujung pada pencopotan sejumlah perwira senior oleh Zamir.
Katz menugaskan auditor institusi keamanan, Yair Volansky, untuk menelaah laporan investigasi itu dan memberikan rekomendasi baru. Ia menegaskan kembali posisinya: mereka yang bertanggung jawab di komando selatan pada 7 Oktober tidak layak dipromosikan.
Langkah Katz ini langsung dibaca sebagai sinyal ketegangan memuncak dengan Zamir. Media Israel menilai perselisihan ini bukan pertama kali terjadi, terutama terkait cara menangani perang di Gaza.
Zamir Menanggapi
Mengutip Walla, Zamir menanggapi keputusan Katz dengan nada heran. “Keputusan untuk meragukan laporan itu sangat aneh. Saya baru tahu dari media,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa laporan investigasi tersebut sejak awal diperuntukkan bagi militer, bukan kepentingan politik. Laporan itu disusun selama tujuh bulan oleh 12 jenderal dan kolonel, dan digunakan untuk menilai kualitas investigasi serta menyusun pembelajaran penting.
Zamir menegaskan bahwa penghentian proses pengangkatan perwira hanya akan melemahkan kemampuan operasional militer.
Militer Israel Mengalami Kebuntuan Internal
Perseteruan Katz–Zamir kini menimbulkan dampak nyata. Sejumlah posisi kunci di IDF dibekukan, termasuk jabatan atase militer di Washington serta pimpinan angkatan udara dan laut. Di internal militer, kondisi ini disebut sebagai “kelumpuhan struktural”.
Katz juga menolak mengesahkan promosi Tal Politis, kandidat Zamir untuk posisi atase militer AS. Padahal posisi itu mengharuskan Politis dinaikkan pangkat menjadi mayor jenderal. Katz lebih memilih kandidatnya sendiri.
Akibatnya, rotasi jabatan terbengkalai, termasuk perpindahan atase militer saat ini yang seharusnya mengisi posisi baru. Penundaan ini bahkan menghambat penunjukan komandan baru angkatan laut.
Media Israel menyebut banyak perwira frustrasi dengan intervensi politik Katz yang dinilai memperlambat operasional militer. Salah satu contoh adalah Elad Moati, komandan pasukan perlindungan perbatasan, yang promosi jabatannya tiba-tiba diblokir.
Sumber: Media Israel, AFP










