Spirit of Aqsa, Palestina- Desember 2022 menjadi bulan memilukan bagi anak-anak dan pengungsi Palestina. Mereka mesti menghadapi dua tantangan berat. Tantangan utama datang dari kezaliman penjajah Israel. Tak kalah memprihatinkan, pengungsi Palestina harus melewati musim dingin tanpa penghangat yang memadai.
Jelang pergantian tahun, warga Palestina harus merasakan kezaliman penjajahan zionis Israel. Penjajahan itu mengakibatkan perekonomian dalam negeri luluh-lantah. Kemiskinan meningkat yang membuat banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan pangan untuk kehidupan sehari-hari.
“Padahal, makanan menjadi salah satu kebutuhan yang mesti dipenuhi untuk melawan rasa dingin,” kata seorang ibu di Kamp Pengungsi Palestina, Camp Khan Yunis, dikutip laman Radar, Kamis (29/12).
Pengepungan dan blokade zionis memaksa warga Palestina hidup dalam kemiskinan. Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi logistik musim dingin yang cukup sulit didapat.
Musim dingin di malam hari, suhu dingin di camp Khan Yunis bisa berada di kisaran 10 derajat hingga limit 2 derajat. Kondisi ini tentu saja super dingin dan menjadi masalah sendiri bagi para pengungsi yang tidak memiliki baju dan selimut memadai.
Mereka tinggal di camp pengungsi dengan tempat seadanya ditambah tenda tenda yang sering bocor, robek dan terbuka sehingga rasa dingin menyiksa mereka terutama anak anak.
“Kami butuh selimut dan butuh gandum untuk roti yang panas penganjal perut kami yg dingin” kata pengungsi. Seorang gadis cilik juga ikut nibrung dan berkisah seputar 1 TV yang mereka punya.
“Kami sedih melihat Tv satelit yang di beri oleh relawan walau cuma 1 tv. Kami melihat begitu bahagianya anak anak di luar sana berlibur menyambut tahun baru sementara kami di sini sibuk melawan dingin dan ketakutan setiap saat ada serangan Israel,” kata anak kecil itu.
Di tenda lain, seorang ibu mengeluhkan anaknya yang luka parah di kaki, tidak punya alkohol, tidak bisa dijahit dan tidak punya bius luka. Anak tersebut merintih dan menangis saat di lihat relawan dan tim kami berusaha mengobatinya walau baru beberapa jam baru dapat obat bius dan dijahit.
Setiap hari selalu ada persoalan di kamp pengungsi, mulai soal makanan, tempat tidur, tenda, air minum, penerangan, sampai pada alat masak yang sangat tidak memadai. Ketika siang mereka kepanasan di terik matahari karena tenda tidak menyerap panas. Sementara malam hari kedinginan melebihi AC apalagi saat ini musim dingin.