Spirit of Aqsa, Palestina- Pendiri Indonesia Murojaah, KH Deden Makhyaruddin, menilai, kisah Baitul Maqdis sudah dipersiapkan sejak awal untuk menyambut peradaban Islam. Ada tiga surah berurutan yang turun di Makkah dalam Al-Qur’an yang mengindikasikan hal itu yakni Surah Al-Isra’, Surah Al-Kahfi, dan Surah Maryam.
“Ada tiga surah yang berurut di dalam mushaf yakni Surah Al-Isra, Suah Al-Kahfi, dan Surah Maryam. Kalau berdasarkan Asbabun Nuzul, maka yang pertama Surah Maryam, Kemudian Surah Al-Isra, lalu Surah Al-Kahfi,” ujar KH Deden alam kajian Parenting Baitul Maqdis yang digelar Spirit of Aqsa (SoA) di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (16/7/2023).
Berdasarkan ilmu nuzulul Qur’an, tiga surah tersebut turun di Mekkah. Artinya, tiga surah tersebut dipersiapkan sejak awal untuk dihafalkan dan dibacakan untuk menyambut peradaban Islam. Umat Islam sudah memiliki motivasi tinggi sebelum membangun peradaban Islam di Madinah.
“Surah-surah ini masuk dalam kategori Makkiyah, berarti memang tiga surah ini dipersiapkan untuk dihafalkan sejak awal, dipersiapkan sejak awal, dan dibacakan sejak awal untuk menyambut peradaban Islam. Ini sebelum di Madinah,” kata KH Deden.
Dalam surah itu pula Allah SWT sudah memberikan kisi-kisi orang yang bisa membebaskan Baitul Maqdis. Para orang terpilih itu adalah orang-orang yang berhasil mencapai derajat “Abdahu”. Kata Abdahu selalu diletakkan di awal surah dari ketiga surah tersebut.
“Kalau kita berbicara pendidikan anak di Baitul Maqdis itu, jadi dilatih untuk apa? Kalau kita lihat, anak dilatih untuk siap mati. Misalnya dalam Surah Maryam tentang Nabi Yahya,” ujar KH Deden.
وَسَلٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوْتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا ࣖ
“Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.” (QS Maryam: 15)
Definisi Hayya adalah setelah mati. Artinya, para nabi dan rasul serta orang-orang shalih terdahulu mendidik anak-anak mereka untuk hidup setelah mati, yakni meraih kemuliaan di sisi Allah SWT di akhirat kelak. Mak tak heran banyak nabi dan rasul hidup dalam kemiskinan, karena motivasi utama mereka untuk hidup mulia di akhirat.
Motivasi ini pula yang harus ditanamkan para orang tua kepada anaknya jika hendak menjadi bagian pembebas Baitul Maqids. Itu karena, dalam urutan kisah, Nabi Yahya terlebih dahulu baru Siti Maryam di dalam Al-Qur’an.
Nabi Yahya AS lahir dari seorang ayah yang diberi gelar “Abdahu” oleh Allah SWT, yaitu Nabi Zakariyah AS. Nabi Zakariyah pula yang mendidik Maryam. Tentu ada rahasia kuat Allah SWT membeberkan karakter Nabi Zakariyah di awal Surah Maryam.
كۤهٰيٰعۤصۤ ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهٗ زَكَرِيَّا
“Kaf Ha Ya ‘Ain Shad. Yang dibacakan ini adalah penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria.” (QS Maryam: 1-2)
Di awal-awal Surah Surah Al-Isra, Al-Kahfi, dan Maryam semua ada kata “Abdahu”. Nabi Zakaria dipuji oleh Allah sebagai “Abdahu”. Lalu, apa amalan Nabi Zakariyah sampai naik ke level Abdahu itu?
“Nabi Zakariyah adalah ahli berdoa. itu disebutkan dalam ayat ketiga Surah Maryam. di situ ada kata ‘idz naada’ yang berarti orang yang ahli berdoa. Berarti, para ‘abdahu’ pembebas Baitul Maqdis adalah yang lahir dari doa,” ujar Nabi Zakariyah.
Doa ini penting dan lebih dari yang dianggap penting. Bahkan, doa tidak bisa dibandingkan dengan teori-teori parenting. Tiga surah tersebut jika dilihat dari ilmu azbabun nuzul, turun di awal dakwah yakni sebelum hijrah ke Madinah. Pada masa itu, Rasulullah SAW sedang mempersiapkan generasi emas nanti di Madinah.
“Lahir anak-anak yang hebat dari orang tua-orang tua yang hebat. Ternyata, yang menjadikan Nabi Zakariyah dipilih oleh Allah sebagai Abduhu karena keseriusannya di dalam berdoa. Karena Nabi Zakariyah sudah serius dalam berdoa, maka Allah berikan rahmatnya,” ujar KH Deden.
Maka itu, KH Deden berpesan untuk memperbanyak doa. Terutama bagi para orang tua. Saat membaca tiga surah tersebut, ada banyak doa-doa yang bisa dipetik, mulai dari doa Nabi Zakariyah, doa Siti Maryam, sampai doa pemuda Kahfi.
Anak-anak yang lahir dari kekuatan doa itulah yang akan menjadi pembebas baitul Maqdis. Setelah itu, perlu ada perubahan mindset dari umat Islam dalam hal ikhtiar pembebasan Baitul Maqdis. Umat Islam harus melihat Baitul Maqdis sebagai Tanah Suci umat muslim, bukan sekadar negeri biasa yang dijajah oleh zionis Israel.
“Saya bayangkan kalau yang dijajah Masjid Haram, jadi kita membuat gerakan pembebasan Masjidil Haram. Kenapa pembebasan Baitul Maqdis terkesan biasa saja, padahal sama. Jadi kita membebaskan Masjidil Aqsa sama dengan membebaskan Masjidil Haram. Dulu ada Fathu Makkah, sekarang harus ada Fathu Baitul Maqdis,” ujar KH Deden.