Spirit of Aqsa- Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina, Dr. Mustafa Barghouti, mengaku tidak mengharapkan perubahan sikap dari pemerintah AS karena mereka terlibat dalam genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.
Barghouti menyatakan, sejak 7 Oktober 2023, Amerika Serikat telah memberikan 50 ribu ton senjata dan bahan peledak kepada Israel, serta mendukungnya dengan 22,5 miliar dolar AS dalam bentuk kekuatan militer.
Selain itu, AS memberikan perlindungan politik kepada Israel di Dewan Keamanan PBB dan menekan negara-negara lain, termasuk Afrika Selatan, untuk menarik gugatan terhadap Israel. Washington juga menekan Pengadilan Internasional dan Pengadilan Kriminal Internasional untuk menghentikan investigasi terhadap kejahatan Israel.
“AS terlibat dalam genosida, kelaparan, dan pembersihan etnis yang menargetkan rakyat Palestina, dengan sekitar dua juta warga Palestina telah dipaksa keluar dari rumah mereka,” kata Mustafa, dikutip Al Jazeera, Rabu (11/9/2024).
“Tidak mengherankan jika AS diam atas pembantaian di Mawasi, Khan Younis, mengingat mereka juga diam saat 150 ribu warga Palestina syahid, puluhan ribu terkubur di bawah reruntuhan, dan lebih dari 94 ribu terluka, di mana seperempat dari mereka akan meninggal karena kurangnya layanan kesehatan. Washington juga diam atas serangan Israel yang menjatuhkan lebih dari 80 ribu ton bahan peledak di Gaza,” lanjutnya.
Kemunafikan Amerika
Menurut Barghouti, karena keberpihakan dan keterlibatannya dalam kejahatan terhadap Palestina, AS bukanlah mediator yang netral. Washington, katanya, telah menyerah pada Netanyahu dan mendukungnya dalam melanjutkan perang di Gaza.
Barghouti juga mengkritik pernyataan Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, yang menuduh Hamas sebagai penghalang utama dalam upaya mencapai gencatan senjata di Gaza.
Dia menunjukkan bahwa bahkan negosiator Israel, keluarga tawanan, dan militer Israel sendiri menuduh Netanyahu sebagai penghalang tercapainya kesepakatan dengan perlawanan Palestina di Gaza, namun pemerintah AS tetap menyalahkan Hamas, memperlihatkan kemunafikan mereka.
Friedman menambahkan bahwa pemerintahan Israel tidak menginginkan kesepakatan, sementara AS menginginkannya namun terikat oleh perhitungan politik dan pemilu. Dia memperkirakan situasi akan memburuk jika kandidat Partai Republik, Donald Trump, terpilih kembali sebagai presiden, dan menyatakan bahwa kesepakatan baru mungkin tercapai jika ada pemerintahan baru di Israel.