Spirit of Aqsa, Palestina- Program Pangan Dunia (WFP) tidak bisa mengirim bantuan ke Jalur Gaza bagian utara karena terus dihalangi teroris Israel. Hal itu didahului penghentian semua jenis bantuan selama tiga pekan setelah teroris Israel mengebom sebuah truk bantuan di Kota Gaza.

Bersamaan dengan WFP, UNICEF juga memperingatkan ancaman kematian yang menimpa 600 ribu anak-anak di Rafah, Jalur Gaza selatan. Para anak-anak bertahan tanpa makanan dan obat-obatan.

Jalur Gaza utara hingga selatan menjadi gambaran suram, di mana ratusan ribu murabith tetap bertahan dengan segala kondisi yang ada. Aljazeera menggambarkan kondisi tersebut sebagai upaya teroris Israel melakukan genosida senyap terhadap warga Palestina.

24 jam setelah dimulainya agresi Israel di Gaza, Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant mengumumkan keputusannya untuk mencegah masuknya “makanan, air, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.” Keputusan ini menjadi puncak dari tindakan pendudukan yang memulai pengepungan kelaparan di Jalur Gaza.

Israel menutup semua penyeberangan dengan Jalur Gaza, yang sebelumnya dilalui oleh 600 truk setiap hari melalui penyeberangan Kerem Shalom. Bantuan kemanusiaan yang mengalir ke bandara Arish Mesir ditahan selama 15 hari penuh sebelum kesepakatan AS-Mesir-Israel tercapai, namun hanya memenuhi kurang dari 1% kebutuhan normal Jalur Gaza.

Invasi darat oleh Tentara Israel ke Jalur Gaza utara dilakukan pada 31 Oktober 2023, beberapa hari setelah bantuan mulai diizinkan masuk secara teratur, namun dibatasi hanya di Khan Yunis di selatan Jalur Gaza. Pendudukan dimulai dengan memisahkan kegubernuran Gaza dan Gaza Utara, memotong Jalan Salah al-Din, dan maju menuju pesisir Jalan Rashid di barat untuk mengepung Kota Gaza dan kota-kota di utara Jalur Gaza.

Organisasi internasional menarik diri dari Jalur Gaza bagian utara, menyebabkan lebih dari satu juta penduduk berada di bawah kendali Israel. Pasokan makanan habis karena pengepungan dari empat penjuru, bantuan dicegah masuk, dan infrastruktur dihancurkan.

Kelaparan mulai terlihat, dengan warga mencari makanan dalam kondisi yang memburuk akibat serangan Israel dan pertempuran dengan kelompok perlawanan.

Di bagian selatan dan tengah Jalur Gaza, kondisi masih relatif lebih baik meskipun truk bantuan terbatas, namun masuknya pengungsi dari utara meningkatkan tekanan pada persediaan makanan.

Tiga bulan setelah agresi dimulai, bagian utara Jalur Gaza masih terisolasi, dihuni oleh 700.000 warga tanpa bantuan pangan atau akses bantuan kemanusiaan.

Israel dituduh menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, dengan taktik baru termasuk menargetkan truk bantuan dan menembaki warga yang menunggu bantuan.

Di bagian selatan, Israel juga memperketat pengepungan, menghambat masuknya bantuan kemanusiaan.

Sementara Israel terus menggunakan kelaparan sebagai senjata, dampaknya meningkatkan kematian dan penyebaran penyakit di Gaza.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here