Serangan brutal pemukim Israel terus meningkat, melukai 11 warga Palestina dalam serangan terkoordinasi di Al-Quds dan Hebron. Sementara itu, pasukan Israel menangkap puluhan warga dan menghancurkan jaringan perlawanan Hamas di Hebron.
Pemukim Israel tak hanya menyerbu rumah-rumah di Susiya, Khillet al-Daba’, dan Umm al-Khair, mereka juga memukuli warga hingga menyebabkan 8 korban luka. Serangan juga menyasar desa Al-Mughayyir di utara Ramallah dan Arab al-Malihah di utara Jericho. Bahkan, para penggembala di Khirbet Samra diusir paksa dari tanah mereka.
Di Hizma, tiga warga tertembak saat pemukim menembaki rumah-rumah sambil dibekingi tentara Israel. Rumah-rumah pun dibakar. Semua ini terjadi dalam perlindungan penuh militer, bukti nyata betapa terkoordinasinya kekerasan ini.
Data resmi Israel sendiri mengakui, serangan pemukim meningkat 30% sejak awal tahun. Lebih dari 400 serangan tercatat, dari pembakaran, perusakan lahan, hingga penghancuran rumah. Semua dilakukan dengan satu tujuan: mengusir warga Palestina dari tanah mereka.
Bersamaan dengan genosida di Gaza, serangan di Tepi Barat semakin menggila. Setidaknya 986 warga Palestina syahid, dan lebih dari 7.000 terluka.
Di Hebron, Israel mengklaim telah membongkar “jaringan besar Hamas”, menangkap 60 pejuang, menyita senjata, dan menemukan gudang rahasia. Namun Hamas menegaskan, penangkapan ini hanya upaya melemahkan semangat rakyat Palestina. Pejuang yang ditangkap adalah orang-orang yang tak gentar meski berkali-kali dipenjara dan disiksa.
Mereka tetap percaya: perlawanan adalah satu-satunya jalan untuk merdeka.
Kini, desa-desa seperti Kafr Malik, Al-Mughayyir, Turmus Ayya, dan wilayah sekitar Nablus terus diteror. Rumah dibakar, warga dibunuh, semuanya berlangsung di bawah perlindungan tentara Israel dan restu Netanyahu.
Sejak Oktober lalu, serangan Israel di Tepi Barat dan Gaza memuncak. Rumah diledakkan, kamp pengungsi diblokade, rakyat ditindas. Namun, di balik keputusasaan, tekad perlawanan semakin menguat, Palestina akan terus berdiri.