– Serangan sistematis Israel terhadap warga Gaza yang mencari bantuan makanan kembali menelan korban jiwa. Sedikitnya 57 warga Palestina gugur syahid dan 363 lainnya terluka pada Rabu (11/6), saat mereka mencoba mengakses bantuan dari pusat distribusi yang dikelola lembaga bantuan asal Amerika, Gaza Relief Foundation, di selatan Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa para korban merupakan warga sipil yang tengah mengantre untuk mendapatkan makanan di tengah kelaparan massal yang semakin parah akibat blokade dan agresi Israel.
Sehari sebelumnya, serangan serupa juga terjadi di sekitar poros Netzarim, selatan Kota Gaza, yang menewaskan 20 warga dan melukai lebih dari 124 orang. Militer Israel berdalih telah melepaskan tembakan peringatan terhadap “orang-orang yang mencurigakan” yang dianggap mendekat dan mengancam pasukannya.
Mereka Syahid karena Sepiring Makanan
Dalam pernyataannya, Kementerian Kesehatan Gaza menyebut bahwa total korban syahid dari kalangan pencari bantuan makanan sejak 27 Mei lalu telah mencapai 224 jiwa dan lebih dari 1.858 orang terluka.
Sementara itu, Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh tentara pendudukan Israel sengaja menciptakan kekacauan dan memperparah kelaparan melalui serangan langsung dan sembarangan terhadap warga sipil yang sedang menunggu bantuan.
“Pasukan Israel melakukan kejahatan nyata terhadap warga sipil yang kelaparan di berbagai wilayah Gaza, dengan tembakan dari drone, helikopter, hingga tank,” tegas pernyataan resmi itu.
Pihaknya juga mengecam keras peran lembaga bantuan asal AS, Gaza Relief Foundation, yang dalam dua pekan operasinya disebut telah menyebabkan gugurnya lebih dari 163 warga sipil dan melukai hampir seribu lainnya akibat tembakan langsung saat mereka mencoba mengakses bantuan di lokasi-lokasi yang disebut sebagai “posko penghinaan dan penindasan.”
Kantor media Gaza menyebut lembaga tersebut menyebarkan kebohongan dengan menuding bahwa pejuang Palestina menghalangi distribusi bantuan.
“Setiap lembaga yang mengaku kemanusiaan, namun menjalankan agenda militer, tak layak disebut lembaga kemanusiaan,” tegasnya.
Pusat Bantuan Berubah Jadi Perangkap Kematian
Seorang pejabat dari Lembaga Kesehatan Masyarakat Gaza menyebut pusat-pusat distribusi bantuan kini telah berubah menjadi “perangkap kematian.”
Ia mengatakan kepada Al Jazeera, “Setiap hari ada warga yang gugur. Luka-luka yang kami tangani sangat parah dan langsung mematikan.”
Ia juga menyoroti buruknya kualitas bantuan makanan yang dibagikan. “Porsinya sangat kecil, sama sekali tidak cukup untuk keluarga. Sementara warga terus berjatuhan di jalanan karena kelaparan,” ungkapnya.