Spirit of Aqsa– Jill Stein, bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Hijau ditangkap pada Sabtu (27/4/2024) setelah mengikuti unjuk rasa pro-Palestina di Washington University, St. Louis. Selain Stein, manajer dan wakil manajer kampanyenya juga ditangkap aparat kepolisian.

Stein menghadiri protes tersebut untuk mendukung mahasiswa yang mendirikan perkemahan. Para mahasiswa itu tidak akan pergi sampai Washington University melakukan divestasi dari Boeing dan memboikot institusi akademis Israel, serta tuntutan lainnya.

Dalam sebuah video yang direkam sebelum penangkapannya dan diunggah ke X, Stein mengaku mendukung para mahasiswa dan hak kebebasan berpendapat konstitusional mereka.

Penangkapan Stein terjadi di tengah tindakan keras nasional terhadap demonstrasi pro-Palestina. 

Stein, manajer kampanyenya, dan wakil manajer kampanyenya termasuk di antara 100 orang yang ditahan polisi saat berkumpul di sebuah kamp protes di kampus Washington University pada hari Sabtu pekan lalu waktu setempat. 

Rekaman video menunjukkan bakal capres perempuan berusia 73 tahun itu dibawa keluar dari kamp oleh tiga petugas polisi, tangannya terlihat diikat ke belakang dengan tali pengikat.

Kamp protes tersebut didirikan untuk menuntut universitas melakukan divestasi dari Boeing, yang memproduksi senjata yang digunakan oleh militer Israel untuk menyerang Gaza. 

Demikian disampaikan manajer kampanye Stein, Jason Call, dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Russia Today, Senin (29/4/2024). 

“Kampanye Stein mendukung tuntutan mahasiswa dan protes damai serta pertemuan mereka di kampus. Protes mahasiswa untuk perdamaian dan kebebasan sipil selalu mewakili bagian terbaik dari kesadaran moral kolektif kita. Solidaritas,” kata Call.

Jurubicara kampanye Stein, David Schwab, mengatakan pihaknya tak mengetahui apa alasan penangkapan Stein. Padahal, Stein berusaha meredakan situasi antara demonstran dan polisi, namun tidak mendapatkan respons dari aparat kepolisian.

“Seperti yang disampaikan Stein, sangat memalukan jika pihak administrasi universitas membiarkan penggunaan kekerasan terhadap mahasiswa mereka sendiri yang sekadar meminta perdamaian, hak asasi manusia, dan diakhirinya genosida yang dibenci oleh rakyat Amerika,” ujar Schwab.

Dalam unggahan di X, Stein menyatakan dukungannya terhadap aksi generasi muda tersebut terutama terhadap kebebasan berpendapat konstitusional mereka.

“Kami akan berdiri di sini sejalan dengan para mahasiswa yang membela demokrasi, membela hak asasi manusia, dan menentang genosida,” kata Stein, dikutip Selasa (30/4/2024).

Selama beberapa pekan terakhir, demonstrasi menentang agresi Israel di Palestina meluas di Amerika Serikat. Unjuk rasa itu diikuti oleh ratusan mahasiswa hingga dosen dari berbagai latar belakang.

Mahasiswa dan demonstran ramai-ramai berkemah di jalanan dan kompleks kampus. Kendati begitu, aksi damai tersebut diwarnai penangkapan oleh aparat kepolisian karena dianggap mengganggu ketertiban lingkungan.

Kampus-kampus di AS yang terlibat aksi demonstrasi pro-Palestina di antaranya Brown University, Emory University, Indiana University, University of Southern California, Columbia University, dan Yale University.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here