Spirit of Aqsa- Pada Idul Adha 2024, polisi teroris Israel melakukan pembatasan terburuk di Masjid Al-Aqsa dalam lima tahun terakhir. Tidak represif para teroris tersebut ke jamaah Masjid Al-Aqsa meningkat.

Peneliti Ziad Abheis berpendapat, Masjid Al-Aqsa menjadi ujian bagi kehendak dan kemampuan Israel, terutama bagi arus Zionisme religius yang mengendalikan keputusan pemerintah saat ini.

Meskipun perang Israel di Gaza terus berlanjut, sekitar 40.000 jamaah berhasil melaksanakan salat Idul Adha di Al-Aqsa di tengah pengamanan ketat, menurut pernyataan Dewan Wakaf Islam.

Dewan itu menyebutkan, polisi Israel memberlakukan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya selama salat Idul Adha dan saat memasuki masjid, termasuk memukul orang tua, laki-laki, perempuan, dan anak-anak di pintu masuk serta melarang ribuan jamaah masuk.

Langkah-langkah tersebut meliputi penutupan Gerbang Damaskus dan berbagai pintu Kota Tua sejak salat subuh, penutupan pintu-pintu tertentu di Al-Aqsa, serta serangan terhadap jamaah di sana.

Peneliti Abheis menyatakan, hanya 40.000 orang yang bisa melaksanakan salat Idul Adha di Al-Aqsa, angka terendah sejak Intifada Al-Aqsa, kecuali tahun 2020 yang dibatasi karena pandemi COVID-19. Pada Idul Adha sebelumnya, jumlah jamaah mencapai 100.000.

Banyak jamaah terpaksa salat di lorong-lorong Kota Tua di luar Masjid Al-Aqsa, sementara mereka yang dilarang masuk tetap bersikukuh dengan melakukan salat di dekatnya.

Sebelum salat Idul Adha, sejumlah besar pasukan pendudukan Israel memasuki Masjid Al-Aqsa dan menyebar di halaman untuk menakut-nakuti jamaah, sebuah tindakan yang sebelumnya hanya terjadi pada 2019.

Menurut Abheis, tindakan represif ini adalah yang terburuk sejak 19 Agustus 2019, ketika terjadi penyerbuan oleh pemukim Yahudi di hari raya Idul Adha yang bertepatan dengan peringatan “Tisha B’Av” yang memperingati kehancuran Kuil. Saat itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terlibat dalam penipuan dengan mengumumkan bahwa dia tidak akan mengizinkan penyerbuan pada hari Idul Adha, tetapi polisi kemudian membantu pemukim masuk setelah sebagian besar jamaah pergi, mengakibatkan puluhan jamaah terluka.

Pada Hari Arafah, polisi Israel berkeliling di Masjid Al-Aqsa dengan membawa bendera Israel, sebuah provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Polisi Israel telah mulai mengubah kebijakan mereka tentang pengibaran bendera Israel di Al-Aqsa sejak musim panas 2022, melindungi pemukim yang mengibarkannya dan mengizinkan mereka menyanyikan lagu kebangsaan Israel “Hatikva.”

Polisi Israel juga memperkenalkan kendaraan patroli ringan di Al-Aqsa pada tahun 2016 untuk menunjukkan kontrol mereka dan memfasilitasi pergerakan mereka di dalam kompleks, sering digunakan untuk mengganggu jamaah, terutama di pintu-pintu yang berada di koridor barat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here