Spirit of Aqsa- Dampak krisis kemanusiaan dan ganasnya musim dingin di Jalur Gaza akan dirasakan siapa saja, termasuk anak-anak. Sementara, para lelaki berusaha membuat arang sebagai cara tradisional menghadapi musim dingin di daerah kantong Palestina tersebut.
Mengutip Al Jazeera, anak-anak di Gaza mengumpulkan kayu, kain, karton, dan plastik yang bisa dijadikan bahan bakar. Banyak pengungsi yang menggunakan bahan-bahan ini untuk membakar tungku-tungku tanah liat.
Sementara itu, Um Ali Abu Amsha (37) memasak di atas tungku tanah liat yang dibuat suaminya di sekolah tempat mereka berlindung. “Harga kebutuhan sangat tinggi, dan keluargaku besar. Sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Pengungsi asal Beit Hanoun ini memiliki 11 anak dan telah berpindah dari satu tempat ke tempat lain sejak awal perang. Mereka kehilangan rumah dan restoran yang hancur oleh serangan, sehingga kini tinggal di sebuah ruang kelas bersama keluarga lainnya, dengan kekhawatiran besar akan dampak musim dingin terhadap kesehatan anak-anak mereka.
Akibat kelangkaan gas memasak, keluarga ini mengandalkan kayu yang sangat mahal, mencapai 15 shekel per pon (sekitar $4).
Malak Nidal, seorang anak berusia 13 tahun, menghabiskan berjam-jam sehari mengumpulkan apa pun yang bisa digunakan untuk menyalakan tungku. Sebagai anak tertua dari tujuh bersaudara dengan ayah yang cacat akibat perang 2021, Malak merasa harus membantu keluarganya bertahan.