Spirit of Aqsa- Surat kabar Israel Haaretz melaporkan, para pemukim di Tepi Barat merasa iri dengan apa yang terjadi di Gaza. Mereka menuntut pemerintah dan militer untuk mengubah Tepi Barat menjadi puing-puing, seperti yang telah dilakukan di Gaza.
Dalam editorialnya hari Rabu ini, Haaretz menyatakan bahwa Israel ingin mengubah Tepi Barat menjadi puing-puing seperti Gaza.
Surat kabar tersebut mencatat bahwa, seiring dengan upaya pemerintahan Netanyahu memperkuat kehadiran militer permanen, dan mungkin juga kehadiran sipil di Gaza, institusi pemukiman serta cabang-cabangnya di militer dan pemerintahan bekerja untuk memperkuat keberadaan pemukim di Tepi Barat.
Menurut laporan itu, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menyebutkan bahwa dia telah merancang rencana yang akan membuat kota-kota Palestina seperti Bani Na’im, Nablus, dan Jenin tampak seperti Jabalia di utara Gaza. Hal ini dilakukan agar kota Israel Kfar Saba (dekat utara Tepi Barat) tidak berubah menjadi seperti Kfar Aza, salah satu permukiman yang diserang pada 7 Oktober lalu.
Dalam unggahan di platform X, Smotrich mengatakan, “Di Yudea dan Samaria (Tepi Barat), seperti di wilayah lainnya, kita perlu beralih dari bertahan menjadi menyerang, dengan melancarkan operasi besar di sarang-sarang kelompok bersenjata hingga mereka benar-benar dihancurkan.”
Pernyataan Smotrich dan beberapa pemimpin pemukim di Tepi Barat ini disampaikan dalam pertemuan mereka dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Pertemuan tersebut diadakan setelah serangan penembakan yang terjadi pada Senin lalu di dekat permukiman Kedumim, sebelah timur Qalqilya, utara Tepi Barat, yang menewaskan tiga warga Israel dan melukai tujuh lainnya.
Haaretz juga melaporkan bahwa Yair Shteibun, Ketua Dewan Pemukiman Ariel di utara Tepi Barat, menyerukan dilakukannya operasi militer besar-besaran di Tepi Barat seperti operasi yang dilakukan pada tahun 2002 untuk menghancurkan kamp-kamp pengungsi di wilayah tersebut.
Menanggapi pernyataan ini, surat kabar tersebut menulis, “Tampaknya ada sebagian orang yang percaya bahwa kita hidup di era keajaiban, bukan hanya terkait Gaza, tetapi juga Tepi Barat.” Sementara mayoritas warga Israel menganggap 7 Oktober sebagai bencana terbesar dalam sejarah negara itu, sebagian pihak di kalangan sayap kanan melihatnya sebagai peluang, bahkan awal dari “penebusan.”
Surat kabar itu menambahkan bahwa para pemukim di Yudea dan Samaria percaya bahwa pemberantasan “terorisme” berarti pengusiran penduduk Palestina, penghancuran rumah-rumah mereka, serta perobohan infrastruktur, guna menghapus kemungkinan solusi dua negara di masa depan.
Menurut statistik dari Badan Tembok dan Pemukiman, jumlah pemukim di Tepi Barat dan Yerusalem mencapai sekitar 780.000 orang. Mereka tersebar di 180 permukiman resmi dan sekitar 240 pos-pos pemukiman ilegal. Para pemukim ini menguasai 5% dari wilayah Tepi Barat, sementara pendudukan secara keseluruhan menguasai 42% tanah di wilayah itu dengan dalih seperti kawasan militer, tanah negara, jalan bypass, dan lainnya.
Sumber: Anadolu Agency