Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang kini buron Mahkamah Pidana Internasional, kembali memanfaatkan kedekatannya dengan Presiden AS Donald Trump untuk membahas kesepakatan pertukaran tawanan dengan perlawanan Palestina.
Netanyahu menegaskan bahwa dia dan Trump memiliki satu misi bersama: membebaskan para tawanan Israel (yang mayoritas adalah tentara) dan menumbangkan kekuasaan Hamas di Gaza. Keduanya, kata Netanyahu, memang menginginkan kesepakatan, namun “bukan dengan harga apa pun.”
Ia mengklaim memiliki “strategi dan taktik bersama” dengan Trump, termasuk koordinasi penuh tanpa tekanan. Pernyataan ini ia lontarkan untuk membantah kabar bahwa dirinya ditekan agar menghentikan serangan brutal di Gaza.
Netanyahu juga menyebut Israel memiliki sejumlah tuntutan tambahan, meski tak diungkap rinci. Semua itu disampaikan saat kunjungan ketiganya ke AS sejak Trump mulai menjabat kembali pada Januari lalu. Hanya dua hari sebelumnya, Netanyahu dan Trump telah bertemu dua kali dalam dua hari untuk membahas negosiasi.
Di sisi lain, utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff menyebut Hamas dan Israel kian dekat menuju gencatan senjata. Namun, menurut pejabat Hamas Taher Al-Nunu kepada Al Jazeera Net, perundingan yang dijalani Hamas tidaklah mudah. Dua isu krusial yang mereka perjuangkan: kebebasan penuh masuknya bantuan kemanusiaan tanpa intervensi Israel, serta kesepakatan terkait penarikan pasukan pendudukan pada tahap awal.
Reuters melaporkan bahwa Israel tetap bersikeras menguasai sekitar sepertiga wilayah Gaza, termasuk Koridor Morag yang memisahkan Rafah dan Khan Yunis. Israel juga ingin mempertahankan sistem distribusi bantuan yang dikontrol oleh lembaga bernama “Lembaga Kemanusiaan Gaza” yang didukung AS, sebuah mekanisme yang banyak menuai kritik.