Juru bicara resmi Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, menegaskan pada Selasa bahwa perlawanan Palestina akan terus menimbulkan kerugian harian bagi tentara pendudukan Israel di Gaza. Pernyataan ini datang setelah operasi jebakan kompleks yang dilancarkan di Beit Hanoun, Gaza utara, yang menewaskan lima tentara Israel dan melukai 14 lainnya.
Dalam pesannya melalui kanal Telegram, Abu Ubaida menegaskan, “Perang kelelahan yang dilancarkan para pejuang kami dari utara hingga selatan Gaza akan membuat musuh menanggung kerugian tambahan setiap hari.”
Ia menambahkan, Operasi Beit Hanoun adalah “tamparan telak yang mengguncang reputasi tentara pendudukan yang rapuh, dan memukul unit-unit paling brutal mereka di wilayah yang mereka kira aman.”
Abu Ubaida juga memperingatkan bahwa keputusan paling bodoh yang bisa diambil Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, adalah tetap mempertahankan pasukan di Gaza. Tak hanya itu, ia menegaskan bahwa kemungkinan penangkapan tentara Israel oleh perlawanan masih sangat terbuka dalam waktu dekat.
“Keteguhan rakyat Palestina dan keberanian para pejuanglah yang menulis peta baru perlawanan, dan akan menentukan arah fase berikutnya,” ujar Abu Ubaida.
Tiga Pesan Utama
Menanggapi pernyataan ini, penulis dan analis urusan Israel, Suleiman Basharat, menilai Abu Ubaida mengirimkan tiga pesan penting:
- Kepada masyarakat Israel, khususnya keluarga para serdadu di Gaza, pesan ini menambah rasa takut dan menggoyahkan keyakinan mereka pada kemampuan pemerintah melindungi anak-anak mereka. Ini sekaligus meningkatkan tekanan publik agar segera mengakhiri perang dan memulangkan pasukan.
- Kepada militer dan badan keamanan Israel, yang saat ini terperosok dalam kelelahan parah. Basharat menekankan, sejak operasi militer kembali digencarkan pada Maret lalu, setidaknya 38 tentara Israel tewas. Angka ini sulit diterima publik, apalagi tanpa pencapaian militer yang jelas. Kondisi ini memaksa militer menekan para politisi untuk mempertimbangkan kembali kelanjutan operasi di Gaza.
3. Kepada delegasi Palestina di meja perundingan. Pesan ini menegaskan bahwa perlawanan masih berdiri tegak dan mampu memukul balik, sehingga harus dijadikan kekuatan tawar baik secara politik maupun militer, dengan tujuan utama: penghentian perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Basharat juga menyoroti isyarat Abu Ubaida tentang kemungkinan adanya operasi penangkapan tentara Israel. Ini adalah ancaman strategis serius bagi Tel Aviv. Jika terjadi, Israel akan terseret kembali dalam skenario pertukaran tawanan yang merugikan, memaksa mereka mempertimbangkan penarikan pasukan sebagai satu-satunya jalan keluar dari perang yang buntu.
Militer Israel sendiri mengakui bahwa lima tentaranya tewas dan 14 lainnya terluka dalam jebakan mematikan di Beit Hanoun. Brigade Al-Qassam bahkan merilis foto khusus di Telegram, mempermalukan tentara Israel dan bersumpah untuk terus mengguncang mereka.
Meski agresi Israel terus meningkat dan membantai ribuan warga sipil, perlawanan Palestina justru semakin mengintensifkan operasi militer. Akibatnya, puluhan tentara Israel tewas atau terluka, terutama di wilayah selatan dan utara Gaza.
Pada Juni lalu saja, menurut media Israel, setidaknya 20 perwira dan tentara Israel tewas, menjadikan bulan itu sebagai periode paling mematikan bagi militer Israel sejak dimulainya perang di Gaza.
Sumber: Al Jazeera