Gelombang unjuk rasa menggema di berbagai kota dunia Arab sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Gaza dan kecaman terhadap genosida serta kebijakan blokade pangan yang diterapkan penjajah Israel, kebijakan yang telah merenggut nyawa ratusan warga sipil, terutama anak-anak.

Di tengah bara perang saudara dan krisis kemanusiaan yang mengguncang Sudan, suara kemarahan tetap bergema. Usai salat Jumat, warga di kota-kota seperti Al-Qadarif, Omdurman, dan Port Sudan turun ke jalan, menjawab seruan dari kelompok “Sudan Menolak Normalisasi” untuk berdiri membela Gaza. Para demonstran membawa foto-foto warga Gaza dan spanduk yang menyuarakan dukungan serta empati terhadap penderitaan rakyat Palestina.

“Palestina dan Sudan bukan dua isu yang terpisah. Keduanya adalah medan perlawanan terhadap penjajahan. Kita sama-sama hidup dalam pengkhianatan besar dari dunia Arab dan global,” tegas Al-Muzhaffar Al-Daqil, ketua “Sudan Menolak Normalisasi” kepada Al Jazeera Net.

Di Suriah, kamp-kamp pengungsian Palestina berubah menjadi medan solidaritas. Ribuan pengungsi berunjuk rasa di kamp Yarmouk, Sayyidah Zaynab, Jaramana, Nairab (Aleppo), hingga kamp al-Aidun di Homs. Mereka mengangkat bendera Palestina dan Suriah, meneriakkan kecaman terhadap blokade Israel serta menuntut dibukanya jalur bantuan kemanusiaan.

Namun, di Yordania, solidaritas rakyat dibalas dengan represi. Sejumlah pengunjuk rasa pro-Gaza ditangkap pasca demo besar di berbagai kawasan ibu kota Amman, usai salat Jumat.

Sementara itu, di Sanaa (ibu kota Yaman) lautan massa kembali memadati Lapangan Sab’een dalam aksi berjuta yang menegaskan dukungan tak tergoyahkan rakyat Yaman terhadap Gaza.

Dari Lebanon, ribuan orang membanjiri jalanan kota Saida. Mereka menyerukan perlawanan terhadap kelaparan sistematis yang dijadikan senjata oleh Israel. Di Maroko, aksi solidaritas untuk Gaza memasuki pekan ke-86 berturut-turut. Ribuan warga berkumpul dalam berbagai kota, membawa slogan: “Tidak untuk kelaparan, tidak untuk blokade, tidak untuk normalisasi.”

“Salam dari rakyat Maroko untuk Gaza yang tak tunduk,” teriak mereka dalam unjuk rasa.

Di Mauritania, ibukota Nouakchott menjadi saksi bisu lautan manusia yang menyerukan: “Hentikan kelaparan, angkat blokade!” Mereka mengibarkan bendera Mauritania dan Palestina, serta membawa foto para pemimpin Hamas, termasuk dua tokoh syahid: Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar.

Dalam satu suara yang menggema lintas benua, para demonstran mempersalahkan Amerika Serikat atas kelanjutan genosida dan blokade yang mencekik kehidupan dua juta lebih warga Gaza.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here