Spirit of Aqsa- Ekonomi Israel mengalami kemerosotan yang terus berlanjut setelah 10 bulan bantai Jalur Gaza, dengan proyeksi kinerja yang semakin suram akibat meluasnya konflik ke Iran, Lebanon, dan Yaman.

Defisit keuangan Israel melebar menjadi 7,6% dari PDB pada Juni lalu, setara dengan 146 miliar shekel (39,77 miliar dolar AS), naik dari 7,2% pada Mei. Defisit diperkirakan mencapai puncaknya pada September mendatang sebelum menurun.

Pengeluaran pemerintah meningkat lebih dari 300 miliar shekel (81,72 miliar dolar AS) sejak awal tahun, meningkat 34,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, terutama disebabkan oleh peningkatan belanja pertahanan dan kementerian sipil akibat perang.

Bank Israel menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 1,5% untuk 2024 dari sebelumnya 2%, dengan tingkat ketidakpastian geopolitik yang tinggi.

Sementara itu, ribuan perusahaan diperkirakan tutup tahun ini, terutama perusahaan kecil yang paling rentan terhadap dampak perang.

Rating kredit Israel telah diturunkan oleh beberapa lembaga, yang dapat meningkatkan biaya penggalangan dana dan menambah tekanan pada anggaran di masa mendatang.

Perang di Gaza juga menyebabkan ribuan pemilik usaha menghadapi panggilan dinas militer, mengakibatkan kekurangan tenaga kerja dan penurunan produksi.

Ekonomi Israel juga terdampak oleh larangan perdagangan dengan Turki dan gangguan rute perdagangan akibat serangan Houthi di Yaman.

Di sektor teknologi, banyak perusahaan rintisan Israel didirikan di luar negeri pada 2023, menunjukkan tren perpindahan aktivitas ekonomi ke luar negeri akibat konflik yang berkepanjangan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here