Dua warga Palestina kembali syahid dan sejumlah lainnya terluka dalam serangan Israel di Gaza pada Senin. Di saat gencatan senjata seharusnya memberi ruang aman, serangan itu justru menambah panjang daftar pelanggaran yang dilakukan Israel, termasuk pembunuhan seorang komandan dari kelompok perlawanan Aloyah al-Nasser Salahuddin di dekat Deir al-Balah.

Sumber medis mengonfirmasi, seorang anak syahid setelah menjadi target tembakan drone Israel di kawasan Syujaiyah, Gaza timur. Di lokasi yang sama, drone tersebut juga membidik sekelompok warga, melukai dua di antaranya. Salah satu korban dikabarkan berada dalam kondisi kritis menurut staf medis Rumah Sakit Baptis.

Menjelang malam, situasi kembali memburuk. Sepuluh warga terluka ketika drone Israel melemparkan bom di depan sebuah sekolah yang menampung para pengungsi di Distrik al-Daraj, Kota Gaza.

Di utara, seorang warga Palestina syahid dan beberapa lainnya cedera akibat serangan drone di wilayah al-Atatra, Beit Lahiya. Sedangkan di selatan, Rumah Sakit Nasser melaporkan seorang ayah dan putrinya terluka dalam serangan artileri Israel di area belakang garis kuning di Bani Suhaila, Khan Younis.

Sementara itu, militer Israel mengklaim telah menewaskan dua orang bersenjata dalam dua insiden terpisah—alasan yang berulang kali digunakan untuk membenarkan penembakan di sekitar garis kuning, batas yang menjadi titik mundur pasukan Israel pada fase pertama gencatan senjata sejak 10 Oktober.

Namun, di lapangan, catatan menunjukkan hal berbeda. Israel telah melakukan berbagai pelanggaran terhadap kesepakatan itu membunuh dan melukai ratusan warga, serta meneruskan penghancuran besar-besaran bangunan di sejumlah kawasan Gaza yang telah hancur selama perang.

Operasi Pembunuhan Terarah

Di tengah suasana tegang itu, Aloyah al-Nasser Salahuddin, sayap militer Komite Perlawanan Populer, mengumumkan bahwa Israel telah membunuh salah satu komandannya, Wasim Abdul Hadi (Abu al-Abed), dalam operasi khusus di dekat Deir al-Balah.

Kelompok tersebut menyebut pembunuhan itu sebagai tindakan “pengecut dan licik”. Wasim dikenal sebagai salah satu tokoh penting pendiri unit Ahfad al-Nasser. Ia berperan dalam pengembangan taktik perlawanan dan memegang peranan strategis dalam sejumlah operasi selama pertempuran “Thufan al-Aqsa”.

Menurut pernyataan kelompok itu, kebijakan pembunuhan yang dilakukan Israel hanyalah bukti dari ketidakmampuan mereka menghadapi perlawanan di medan sebenarnya.

Kementerian Kesehatan Gaza merilis data terbaru: sejak 7 Oktober 2023, perang pemusnahan Israel menyebabkan 69.483 warga Palestina syahid dan melukai 170.706 lainnya, angka yang terus bertambah di tengah kehancuran yang belum menunjukkan tanda mereda.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here