Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr. Munir al-Barsh, dengan suara penuh kegetiran mengungkapkan betapa Gaza kini berada di ujung maut akibat blokade brutal Israel. Air dan makanan benar-benar disekat, menjadikan anak-anak dan ibu hamil sebagai korban paling rapuh dalam bencana kemanusiaan yang tak terbendung.

Penutupan perlintasan oleh Israel memperparah kondisi. Ribuan pasien luka-luka terpaksa menunggu kematian perlahan, sementara rumah sakit kehabisan obat dan alat medis. Para dokter dan perawat bahkan harus menggali reruntuhan gedung lama di RS al-Shifa, berharap menemukan sisa perlengkapan untuk sekadar menyelamatkan nyawa.

Dr. al-Barsh memaparkan data yang mengiris hati: satu juta anak Gaza terputus dari bantuan hidup, 100 anak meninggal saat menunggu perbatasan dibuka, lebih dari 40 ribu anak jadi yatim piatu, serta hampir 5 ribu warga kini lumpuh total. Tragisnya, 40% pasien gagal ginjal tak sempat diselamatkan.

Saat ini, 60 ribu anak menderita gizi buruk, 600 ribu anak terancam lumpuh karena vaksin polio diblokir. Angka kematian anak di bawah lima tahun melonjak tajam, memperlihatkan betapa kekejaman ini bukan sekadar agresi militer, melainkan pembunuhan massal yang sistematis.

Sejak Oktober, lebih dari 16 ribu anak sudah syahid. Dr. al-Barsh memperingatkan, “Israel sedang berusaha memusnahkan generasi Palestina.” Dalam satu hari, seluruh keluarga dimusnahkan, bahkan tercatat 2.165 keluarga dihapus dari data sipil akibat pembantaian yang sudah menembus 11.850 serangan terhadap keluarga.

Tak cukup dengan bom dan peluru, warga Gaza juga dibunuh perlahan lewat kelaparan. Jumlah korban tewas akibat kelaparan dan minimnya pengobatan kini jauh lebih besar dari korban serangan langsung.

Dr. al-Barsh mengecam keras diamnya dunia, terutama lembaga kemanusiaan yang seolah hanya menonton penderitaan Gaza. “Bagaimana bisa 3.000 truk bantuan ditahan di perbatasan, sementara anak-anak Gaza mati kelaparan?” tanyanya pedih. Baginya, ini adalah aib bagi dunia Islam, dunia Arab, dan seluruh peradaban manusia.

Sementara itu, aktivis kemanusiaan Dr. Utsman al-Sumadi menegaskan bahwa Gaza sudah berada di ambang “kematian massal”. Bahkan jika perang berhenti sekalipun, krisis ini akan terus berlanjut selama bertahun-tahun.

Pemerintah Gaza pun kembali mengingatkan: lebih dari 2,4 juta penduduk kini benar-benar menanti ajal massal. Mereka mendesak dibukanya koridor kemanusiaan secepatnya, bukan besok, bukan minggu depan, tapi sekarang juga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here