Dr. Munir Al-Bursh, Direktur Kementerian Kesehatan Gaza, mengungkapkan kenyataan memilukan: bukan hanya peluru Israel yang mengancam nyawa warga Gaza, tetapi juga bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Situasi ini memaksa para dokter untuk mengambil keputusan paling pahit—memotong anggota tubuh pasien demi menyelamatkan hidup mereka.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Al-Bursh menegaskan bahwa kekurangan obat-obatan dan antibiotik, yang diblokir oleh Israel, menjadikan operasi amputasi sebagai satu-satunya jalan untuk mencegah kematian pasien. “Krisis kesehatan kini sudah di tahap tak ada jalan kembali. Dokter harus memilih: amputasi atau kehilangan nyawa pasien,” tegasnya.

Ia menyoroti operasi militer Israel, termasuk “Arabat Gideon 2” sejak 13 Agustus, yang telah menewaskan 1.891 warga Palestina, termasuk 482 anak-anak, 174 perempuan, dan 75 lansia. Artinya, hampir 40% korban adalah wanita, anak-anak, dan orang tua.

Al-Bursh mengecam diamnya dunia meski bukti genosida medis di Gaza sudah terdokumentasi jelas melalui foto dan rekaman video. Ia menekankan bahwa Israel tak hanya memberlakukan kelaparan dan blokade ketat yang mencegah masuknya bantuan, tetapi pejabatnya juga secara terang-terangan menyuarakan rencana pengusiran paksa warga Gaza—tindakan yang jelas melanggar hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa.

Krisis ini diperparah oleh kelaparan yang semakin mematikan. Hingga kini, tercatat 420 warga Gaza meninggal akibat kelaparan, termasuk 145 anak-anak. Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri untuk pertama kali mengumumkan pada 22 Agustus bahwa Gaza menghadapi kelaparan skala luas, fenomena yang belum pernah terjadi di Timur Tengah sebelumnya.

Badan-badan internasional seperti WHO, UNICEF, FAO, dan Program Pangan Dunia pun menegaskan bahwa lebih dari setengah juta orang di Gaza terjebak dalam krisis kelaparan. Al-Bursh menyerukan dunia untuk bertindak segera, karena setiap hari yang berlalu menambah daftar korban dan penderitaan yang tak terbayangkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here