Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan bahwa hujan deras yang melanda Gaza kemarin semakin memperburuk kondisi keluarga-keluarga pengungsi, terutama di Khan Yunis. Puluhan tenda pengungsi rusak atau terendam air.
Komisioner Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan bahwa “kekejaman yang terus berlangsung di Gaza terjadi di depan mata dunia.”
Ia menyerukan pembebasan segera semua pekerja kemanusiaan yang ditahan dan para sandera, memastikan bantuan kemanusiaan dapat menjangkau mereka yang membutuhkan, dan mengakhiri blokade Gaza untuk memudahkan pengiriman pasokan vital, termasuk perlengkapan untuk menghadapi musim dingin.
Hujan deras dan badai telah memperparah kondisi yang sudah buruk, terutama karena kerusakan besar pada jaringan pembuangan limbah akibat serangan Israel. Hal ini menyebabkan banjir di tenda-tenda pengungsi di berbagai wilayah Gaza, meningkatkan penderitaan penduduk.
Aktivis media sosial membagikan video yang menunjukkan penderitaan pengungsi di Gaza sejak awal musim dingin, termasuk saat air hujan masuk ke tenda-tenda mereka, disertai teriakan pilu mereka.
Hujan deras telah merendam lebih dari 1.500 tenda pengungsi di berbagai lokasi pengungsian di Gaza, yang baru saja dilanda badai ekstrem beberapa hari terakhir.
Menurut informasi dari pertahanan sipil Gaza, tim penyelamat mendokumentasikan ratusan tenda terendam air dengan ketinggian lebih dari 30 cm. Hal ini menyebabkan pengungsi mengalami kedinginan hebat, serta kehilangan barang-barang dan isi tenda mereka.
Pertahanan sipil Gaza menegaskan bahwa para pengungsi menghadapi musim dingin kedua dalam kondisi hidup yang sangat keras, tanpa sarana pemanas atau perlengkapan dasar. Lebih dari 81% tenda pengungsi telah rusak dan tidak layak pakai.
Kematian Akibat Musim Dingin
Media internasional menyoroti penderitaan warga Gaza akibat dingin ekstrem. Surat kabar The Independent melaporkan kematian anak-anak akibat suhu dingin, dengan sekitar 1,6 juta pengungsi tinggal di tempat penampungan sementara yang tidak mampu melindungi mereka dari hujan dan dingin.
Sementara itu, Libération mengutip seorang psikolog di Gaza yang menyatakan bahwa penduduk Gaza telah mengalami semua bentuk kematian. Ia menjelaskan bahwa para pengungsi yang terus berpindah-pindah sejak perang dimulai tidak menemukan tempat aman, hidup di bawah ancaman serangan, kelaparan, dingin, dan keputusasaan.
Dalam pernyataannya pada Senin lalu, otoritas pemerintah di Gaza memperingatkan dampak buruk dari badai yang diperkirakan akan terus berlangsung dalam beberapa hari mendatang. Mereka menyebut kondisi ini sebagai “ancaman nyata” bagi hidup dua juta pengungsi, sebagian besar tinggal di tenda yang tidak mampu melindungi dari cuaca ekstrem.
Dr. Ahmad Al-Farra, Direktur Unit Gawat Darurat dan Anak di Rumah Sakit Nasser, mengungkapkan kekhawatirannya akan peningkatan kematian di kalangan bayi, anak-anak, dan lansia akibat kondisi ini.
Sumber: Al Jazeera