Spirit of Aqsa– Tentara Israel melanjutkan upaya pengusiran paksa warga Palestina dari Beit Lahia, wilayah di Gaza Utara pada Selasa (6/11/2024). Wilayah tersebut telah mengalami pembantaian dan pembersihan etnis selama lebih dari satu bulan.
Di pagi hari, pesawat Israel menjatuhkan selebaran di beberapa area permukiman di Beit Lahia yang memerintahkan warga untuk segera mengosongkan rumah mereka. Selebaran ini disertai dengan penembakan acak ke arah wilayah tersebut, menurut kesaksian warga.
Ratusan warga Palestina, yang takut menjadi sasaran tembak, terpaksa meninggalkan rumah mereka dengan barang-barang seadanya menuju wilayah lain di luar Gaza Utara melalui jalur yang ditentukan oleh tentara Israel, yang juga memasang pos pemeriksaan di rute tersebut.
Anak-anak, sebagian tanpa alas kaki, berjalan bersama keluarganya, meninggalkan rumah dan tempat pengungsian mereka untuk menuju ketidakpastian di Kota Gaza.
Korban di Pos Pemeriksaan
Intisar Abu Dragmeh, seorang pengungsi Palestina, mengisahkan kepedihannya, “Di pagi hari, tentara menjatuhkan selebaran untuk evakuasi, dan kami mematuhinya.” Namun, ketika tiba di Kota Gaza setelah perjalanan yang melelahkan, ia melihat beberapa pemuda yang keluar dari lingkungan sekitar diserang oleh tentara Israel, mengakibatkan kematian 10 orang, termasuk anak-anak.
Suaminya, yang sakit, tewas di pos pemeriksaan setelah ditahan untuk diperiksa oleh tentara Israel. Ia tidak diizinkan untuk dibawa ke rumah sakit di Kota Gaza, meskipun sudah kritis.
Seorang warga Palestina yang mendampingi suaminya menyebutkan bahwa suaminya meninggal karena kelelahan dan kekurangan air. “Dia meminta air, tapi kami tidak punya. Tentara Israel juga tidak memberikan bantuan apa pun,” ujarnya.
Sebelumnya, saksi mata melaporkan kematian dua lansia sakit yang tertahan selama berjam-jam di pos pemeriksaan Israel di timur Jabalia, Gaza Utara. Mereka, bersama pengungsi lainnya, terjebak di bawah terik matahari dalam kondisi yang keras saat menunggu izin lewat setelah menerima perintah evakuasi dari Israel.
Pengusiran Paksa di Bawah Ancaman
Seorang pengungsi Palestina lain, yang tidak menyebutkan namanya, menyatakan bahwa mereka meninggalkan rumah mereka dengan rasa takut terhadap kematian dan pengeboman. Ia menyebutkan bahwa pos pemeriksaan Israel melakukan pemeriksaan ketat dan menanyakan identitas lengkap para pengungsi.
Beberapa warga percaya bahwa Israel sengaja mengusir penduduk dari Gaza Utara untuk “mengosongkan wilayah tersebut dan menguasainya kembali.” Sejumlah saksi yang baru saja tiba di Kota Gaza dari Beit Lahia mengaku telah bertahan selama sebulan tanpa makanan dan air.
Sejak 5 Oktober, tentara Israel melancarkan serangan besar ke Gaza Utara dengan dalih “menghalangi Hamas memperkuat diri,” meskipun warga Palestina menyebut Israel berusaha merebut kembali wilayah tersebut dan memaksa mereka pergi.
Israel juga menerapkan blokade ketat yang melumpuhkan fasilitas kesehatan dan menghentikan layanan ambulans serta pertolongan pertama di wilayah tersebut. Blokade ini juga memperketat akses masuk-keluar dari kawasan yang terisolasi, termasuk membatasi pengungsi dan tim medis dari Organisasi Kesehatan Dunia serta Komite Palang Merah Internasional yang berupaya mengevakuasi korban luka.
Dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, Israel sejak 7 Oktober telah melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza yang mengakibatkan lebih dari 146 ribu warga Palestina menjadi korban, termasuk anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 10 ribu orang hilang, dalam bencana kemanusiaan terburuk di dunia.