Spirit of Aqsa, Tepi Barat- Warga Palestina di Tepi Barat menghadapi ancaman ekstremis Yahudi tanpa rasa takut. Bahkan, mereka akan mempertahankan Tanah Palestina dari penjajah Israel, apapun konsekuensinya meski harus syahid.
Pada Kamis (26/10), kelompok ekstremis Yahudi menebar ancaman dan teror di desa Deir Istiya, sebelah barat Salfit, di bagian utara Tepi Barat. Mereka memaksa penduduk setempat meninggalkan tanah mereka dan mengungsi ke Yordania. Kelompok itu mengancam akan mengulangi peristiwa nakba 1948.
Ancaman tersebut dituliskan dalam stiker dan ditempel ke tempat-tempat umum, termasuk kendaraan warga Palestina. Mereka bertindak sewenang-wenang di bawah perlindungan tentara dan polisi penjajah Israel.
Nazmi Salman, seorang aktivis lokal Palestina, menjelaskan, ekstremis Yahudi menempelkan stiker di mobil petani Palestina yang sedang memetik buah zaitun, memberi mereka pilihan antara mati atau mengungsi ke Yordania.
Menurut Salman, teror tersebut merupakan rangkaian serangan yang dimulai pada awal musim panen zaitun pada pertengahan Oktober. Pada Jumat (27/10), warga Palestina memobilisasi massa ke kebun-kebun zaitun, kebun yang ingin dirampas ekstremis Yahudi. Mereka bahkan mengancam balik dengan mengerahkan massa lebih banyak.
“Masyarakat teguh pada tanah mereka. Para pemukim datang dan mengancam serta mengancam kami tanpa bergeming, meskipun ada bahaya yang ditimbulkan oleh pemerintah ekstremis Israel. Kami tidak memiliki tanah air kecuali tanah kami,” kata Salman, dikutip Al Jazeera, Sabtu (28/10).
Ayoub Abu Hijleh, seorang petani zaitun, bersama 20 warga Palestina lain memiliki ribuan hektar lahan pertana dan utara dan barat kota. Dia terus-menerus mendapat teror dari para pemukim.
“Saya memiliki 20 dunum (satu dunum sama dengan seribu meter persegi) yang ditanami pohon zaitun sejak 2011, dan tahun ini pohon tersebut mulai berbuah, namun para pemukim dan tentara menghalangi jalan kami, dan sebagian besar yang baru-baru ini terjadi adalah sabotase jalan menuju tanah kami beberapa hari yang lalu,” katanya.
Dia langsung diancam dengan senjata oleh para ekstremis Yahudi. Polisi Israel memang turun tangan, namun mereka tidak mencegah serangan para ekstremis tersebut.
“Kami siap mati di rumah dan tanah kami daripada pergi ke tempat lain. Pendudukanlah yang harus pergi,” ucap Abu Hijleh.
Salfit adalah salah satu provinsi Tepi Barat yang paling terkena dampak pemukiman ilegal Yahudi, karena jumlah pemukiman di sana melebihi jumlah desa, menurut Abu Hijleh.
Pembersihan Etnis
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina, Mustafa Barghouti, mengatakan, pemerintah Israel “adalah pemerintah pemukim, dan operasi tersebut dikelola oleh Menteri Itamar Ben. Gvir (Menteri Keamanan Nasional, pemimpin Partai Kekuatan Yahudi) dan Bezalel Smotrich (Menteri Keuangan, pemimpin Partai Kekuatan Yahudi). Zionisme Keagamaan.”
Barghouti menambahkan bahwa Smotrich adalah penguasa de facto Tepi Barat. Dia yang mengarahkan para ekstremis Yahudi untuk melakukan operasi pembersihan etnis terhadap warga Palestina.
“Oleh karena itu apa yang terjadi adalah kebijakan resmi dari pemerintah yang mensponsori dan membiayai para pemukim ini,” ujarnya.
Dia melanjutkan, otoritas Israel memassifkan permukiman ilegal di seluruh Tepi Barat, karena proyek sebenarnya adalah pembersihan etnis warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
“tanggapan terhadap ancaman-ancaman ini adalah dengan menolak ancaman-ancaman mereka dan membentuk komite-komite populer untuk menghadapi mereka dan mengungkap serta mengungkap apa yang dilakukan pemerintah Israel dan para pemukimnya di seluruh dunia,” tuturnya.
Sumber: Al Jazeera