Spirit of Aqsa, Palestina- Human Rights Watch dan Amnesty International menegaskan, tindakan penjajah Israel memutus komunikasi di Jalur Gaza merupakan langkah untuk menyembunyikan pembantaian massal dan kejahatan perang mereka.

“Pemadaman komunikasi dan internet di Jalur Gaza dengan pemboman intensif merupakan ‘kedok kekejaman massal’ dan menyembunyikan bukti penting pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang yang dilakukan terhadap warga Palestina,” demikian pernyataan pejabat Human Rights Watch, Deborah Brown, dikutip Al-Jazeera dan Anadolu Agency, Sabtu (28/10).

Sementara, Amnesty International mengaku sudah kehilangan kontak dengan para pegawainya di Gaza. Kelompok itu menegaskan, pemutusan jaringan komunikas akan mempersulit lembaga HAM mendapatkan informasi dan bukti yang diperlukan terkait pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang yang dilakukan zionis Israel terhadap warga Gaza.

“Kami juga tidak bisa mendengar langsung dari mereka yang menjadi sasaran pelanggaran tersebut,” demikian pernyataan Amnesty International.

Amnesty juga sudah kehilangan kontak dengan para pegiat kemanusiaan di Jalur Gaza. Sampai detik ini, pegiat kemanusiaan mengalami banyak hambatan dalam mendokumentasikan pelanggaran zionis Israel.

“Warga sipil di Gaza menghadapi bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan Israel memutus semua komunikasi, mengintensifkan pemboman, dan memperluas serangan daratnya,” ujar Amnesty.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatatakan, beberapa badan PBB telah kehilangan kontak dengan tim mereka di Gaza. Koordinator Kemanusiaan OCHA, Lynn Hastings, mengatakan, operasi kemanusiaan dan aktivitas rumah sakit “tidak dapat dilanjutkan tanpa komunikasi.”

Bulan Sabit Merah Palestina juga mengumumkan melalui platform X (sebelumnya Twitter) bahwa mereka “kehilangan kontak dengan pusat operasinya dan semua timnya di Jalur Gaza, karena penjajah Israel memutus komunikasi nirkabel dan seluler serta Internet.”

“Hal ini mempengaruhi nomor darurat pusat 101 dan menghambat kedatangan ambulans bagi korban cedera” sehubungan dengan penggerebekan yang terus berlanjut, dan menyatakan “keprihatinan mendalam” terhadap kemampuan dokter untuk terus memberikan perawatan dalam keadaan seperti ini. serta tentang keselamatan karyawannya.

Sumber: Al Jazeera + Anadolu Agency

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here