Spirit of Aqsa, Palestina- Amnesti Internasional (AI) menyerukan penyelidikan kejahatan perang selama agresi yang lancarkan oleh penjajah Zionis Israel pada Mei 2023 lalu di Jalur Gaza. Agresi itu menyebabkan 34 warga Palestina gugur syahid, termasuk enam komandan militer dalam gerakan Jihad Islam.
“Serangan Israel menghancurkan rumah-rumah warga Palestina secara tidak sah dan seringkali tanpa keperluan militer dalam bentuk hukuman kolektif terhadap penduduk sipil,” kata Amnesty, melalui keterangan pers.
Pernyataan organisasi tersebut menegaskan bahwa “Israel melancarkan serangan udara yang tidak proporsional, yang mengakibatkan pembunuhan dan melukai warga sipil Palestina, termasuk anak-anak.” Amnesty menganggap bahwa dengan sengaja melakukan serangan yang tidak proporsional adalah kejahatan perang.
Kembaga non pemerintah tersebut menyelidiki sembilan serangan udara Israel, yang menurut Amnesty mengakibatkan kematian warga sipil dan kerusakan serta kehancuran bangunan tempat tinggal di Jalur Gaza.
Amnesty mengisyaratkan bahwa tiga serangan terpisah terjadi pada malam pertama serangan udara Israel pada 9 Mei, “ketika bom-bom yang dikendalikan dengan tepat sasaran menarget tiga pemimpin senior Brigade al-Quds (sayap militer Jihad Islam), yang menewaskan sepuluh warga sipil dan melukai setidaknya 20 orang lainnya.”
Amnesty menjelaskan bahwa bom-bom ini “ditembakkan di daerah padat penduduk di dalam kota Gaza sementara keluarga-keluarga Palestina sedang tidur di rumah mereka, yang menunjukkan bahwa mereka yang merencanakan dan mengizinkan serangan mengharapkan, dan kemungkinan besar mengabaikan, kerugian yang tidak proporsional terhadap warga sipil.”
Laporan itu menambahkan, “Pada pukul 2 pagi tanggal 9 Mei, serangan udara Israel menghantam sebuah bangunan dua lantai di kampung Al-Shaaf di Kota Gaza dengan GBU-39, sebuah bom berdiameter kecil yang diproduksi oleh Boeing Defense, Space and Security, diekspor oleh Amerika Serikat ke Israel. Serangan itu menarget apartemen Khalil al-Bahtini, seorang anggota terkemuka Brigade al-Quds, Khalil al-Bahtini, istrinya Laila al-Bahtini, dan putri mereka yang berusia empat tahun, Hajar, tewas. Apartemen di sebelahnya juga dihantam, menewaskan Dania Adass, 19 tahun, dan saudara perempuannya, Iman, 17 tahun.”
Pada 13 Mei, pasukan Israel juga menarget bangunan empat lantai di kamp pengungsi Jabalia. Bangunan itu adalah rumah bagi 42 orang dari keluarga besar Nabhan, termasuk lima penyandang disabilitas, tiga di antaranya menggunakan kursi roda. Demikian menurut laporan tersebut.
“Akar penyebab dari kekerasan yang tak terkatakan ini adalah rezim apartheid Israel,” kata Heba Morayef, Direktur Timur Tengah dan Afrika Utara Amnesty International.
Dia menambahkan, “Sistem ini harus dibongkar. Blokade yang diberlakukan di Jalur Gaza harus segera dicabut. Mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan apartheid, kejahatan perang, dan kejahatan lainnya berdasarkan hukum internasional harus dimintai pertanggungjawaban.”
Agresi Israel terakhir di Jalur Gaza merusak 2.943 unit rumah, termasuk 103 rumah yang hancur total. Setidaknya 1.244 warga Palestina telah mengungsi akibat serangan itu. Demikian menurut data dari Kementerian Pekerjaan Umum Palestina.