Pasukan Israel menggempur tujuh kota Palestina secara serentak, menembak mati dua pemuda di Nablus dan Ariha, serta melukai seorang anak di Qalqiliya. Dalam waktu yang sama, para pemukim membakar lahan pertanian dan puluhan pohon zaitun di Salfit. Serbuan ini bukan insiden biasa—ini bagian dari rencana besar yang sedang dijalankan Israel.

Sinyal bahaya datang dari jantung pemerintahan sayap kanan Israel. Mereka ingin memberlakukan kedaulatan penuh atas Tepi Barat, sebagai reaksi atas tekanan internasional yang mulai mengarah pada pengakuan terhadap Negara Palestina. Di balik narasi ‘keamanan,’ Israel menyiapkan babak baru pencaplokan.

Menurut pakar urusan Israel, Ihab Jabareen, kekerasan yang terjadi bukan akibat peristiwa 7 Oktober. Ini adalah strategi yang telah dirancang sejak lama, melibatkan koordinasi erat antara tentara Israel dan para pemukim ilegal.

“Permukiman dulu dianggap taktik keamanan, kini menjadi inti ideologi Zionis. Netanyahu ingin menguasai tanah dari sungai hingga laut,” ungkap Jabareen.

Sari Arabi, analis politik, memperingatkan: Israel sedang bergerak cepat untuk menguasai Tepi Barat sekaligus. Mereka menerapkan formula pengusiran paksa, pelemahan pergerakan rakyat Palestina lewat pos penjagaan, dan menerapkan undang-undang yang memberi jalan mulus bagi permukiman ilegal.

Tak hanya lewat senjata, Israel juga menggencarkan pencaplokan melalui hukum. Undang-undang baru, jabatan strategis bagi Menteri Keuangan Smotrich di Kementerian Pertahanan, serta kebijakan administratif semua diarahkan untuk menciptakan ‘negara Yahudi murni’ di tanah Palestina.

Rencana Smotrich 2017 bahkan secara terbuka mengusulkan agar Palestina hanya diberi hak tinggal tanpa hak politik, dan diarahkan untuk keluar dari tanah mereka sendiri secara “legal.”

Di tengah suara-suara dari Eropa yang mulai mengarah ke pengakuan Negara Palestina, Israel justru memperkuat agresi dan kekacauan di lapangan.

“Setiap kali dunia bicara soal Palestina, Israel membalas dengan kekerasan,” pungkas Jabareen.

Realita hari ini: Tepi Barat bukan hanya diserang. Ia sedang dicaplok—perlahan tapi pasti, lewat peluru, api, dan pena kebijakan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here